Mohon tunggu...
Muslifa Aseani
Muslifa Aseani Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Momblogger Lombok

www.muslifaaseani.com | Tim Admin KOLOM | Tim Admin Rinjani Fans Club

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[100HariMenulisNovel] #19 ALUY

2 April 2016   15:13 Diperbarui: 2 April 2016   15:22 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="DokPri: Kehangatan Adenium Pink."][/caption]

Keluarga Baiq dan Ranti mulai saling berkunjung. Kunjungan pertama Ranti ke Jogja, diharapkan Baiq bisa bersama ibunya. Namun, Baiq masih juga harus meminta bantuan Bagas suaminya untuk mengundang ibunya sendiri.

(Epilog Aluy 18).

Hampir dua bulan semenjak meninggalnya bapak, ibu belum sekali pun berkunjung ke Jogja. Apalagi sampai menginap. Hanya dibantu Paman Muis, praktis ibu lah yang mengurusi semua tanah peninggalan keluarga besar ibu sendiri, juga milik bapak. Meski sebagian sudah beralih nama, beberapa tanah yang sudah kadung ditanami harus diteruskan sampai panennya nanti.

Langsung menikah selepas kuliah strata satu, mas Bagas yang masih berkarir di kota metropolitan memintaku teruskan sampai master. Begitu masterku selesai, kami dikaruniai si kembar Manna dan Salwaa. Di negeri Paman Sam beribu-ribu kilometer dari tempatku, Aluy pun selesaikan masternya. Ingin fokus besarkan Bagir dengan tangannya sendiri, putra pertama mereka, Aluy memilih maksimalkan capaian akademisnya di rumah. Berikan pendidikan rumahan bagi Bagir. Pilihan yang kemudian juga aku ikuti. Bedanya, Manna dan Salwaa tetap bersekolah umum.

Tak gunakan dua gelar akademisku, aku memilih menjadi penulis lepas. Olah diksi baik fiksi, pun non fiksi. Sekian judul buku, aku memelihara jejaring dengan pembaca setiaku melalui berbagai pilihan grup chat, akun sosmed serta portal khusus dengan nama penaku sendiri.

Termasuk sangat jarang berinteraksi langsung, aku beruntung memiliki mas Bagas yang bebaskan kapan pun harus merespon perhatian para pembaca setia buku-bukuku.

***

Aluy dapatkan beasiswa master ke Washington tak lama selepas wisuda. Kuanggap menjadi salah satu dari tiga hadiah terbaikku saat itu, wisuda strata satu tepat waktu, menikah dengan mas Bagas dus kebanggaan sahabat terbaikku raih mimpinya. Selesaikan master di ibukota negara kiblat demokrasi a la Barat.

Meski tak sebaik Aluy dapatkan beasiswa ke Amerika Serikat, jejak lain Aluy yang berhasil kuikuti pun terjaga sampai kemudian berjodoh dengan mas Bagas, menikah tanpa harus berpacaran. Penutup lebar dan gelap yang dikenakan Aluy, tak sedikit pun berubah sampai di hari terakhir injakkan kaki di kampus. Sejalan dengan keterkenalannya sebagai sosok aktivis perempuan yang enggan berjabat tangan. Ya, sudah lah eksis menjadi perempuan berotak encer, pun teguh hati sebagai high quality jomblo. Kombinasi tertinggi yang mungkin teraih siapa pun, namun khusus Aluy, dua eksklusifitas itu tak menjadikannya teman ngobrol yang garing. Hampir selalu hadir di pertemuan mahasiswa lintas organisasi, Aluy dikenali sekian lapis generasi aktivis. Senat, pecinta alam, teater, pers kampus pun sekian nama organisasi di luar kampus yang banyak anggotanya masih di bangku kuliah.

Menjadi satu dari sebegitu banyak teman lain yang merubung keseharian Aluy, pun mengakrabinya di tiga tahun setengah selama berjaket almamater kuning, rasa-rasanya kedekatanku pada Aluy menjadi begitu kompleks.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun