Sejenak teringat masa-masa saya menghabiskan masa kecil saya. Bukan karena tak bisa "move on" dari masa lalu, hanya saja menerima telepon dari orang tua bahwa saudara perempuanku satu-satunya hendak menikah membuat hati ini entah jadi bagaimana rasanya. Setelah sekian lama orang tua menunggu akhirnya masa itu tiba juga. Timbul rasa bahagia, namun kadang timbul rasa sedih juga. Seorang wanita (selain ibu pastinya) yang selalu memanjakanku dari kecil hingga beranjak pergi dari kampung halaman akan pergi meninggalkan rumah yang sudah dari kecil saya tumbuh bersamanya.
Mempunyai saudara perempuan dan laki-laki dalam keluarga rasanya lengkap. Saya dapat memerima didikan bukan hanya dari orang tua tapi juga saudara-saudara. Dari saudara perempuanku saya mendapat banyak pelajaran berharga, macam bagaimana bersabar menghadapi seorang anak kecil yang susah belajar. Dengan sabarnya dia mengajari saya entah itu pelajaran di sekolah ataupun masalah di rumah. Dari dia ku dapat mengerti bagaimana melihat satu masalah dari sudut pandang wanita. Walaupun tidak semua wanita memiliki sudut pandang yang sama
Dari saudara laki-laki yang saya miliki kudapat pelajaran bagaimana seorang laki-laki harus memiliki tanggung jawab yang besar. Bekerja keras sejak kecil demi membantu orang tua yang kelak kan dijadikan bekal untuk menjalani rumah tangganya. Dari mereka pun saya belajar bagaimana bergaul yang benar. Dia akan mengusir saya ketika saya ikut bergaul dengan teman sebayanya. Walaupun saya agak kecewa, karena dengan dilarangnya bergaul dengan usia yang lebih tua akan membantu kita untuk bergaul dengan mudah khusunya ketika kita dewasa. Namun dari semua hal yang saya dapati alangkah baiknya jika kita menjadi apa yang harusnya diri kita bisa menjadi pada usia kita. Bukan menjadi diri kita yang bukan diri kita di usia yang masih milik kita.
Hal semacam itu mungkin dialami oleh para manusia-manusia yang lahir sebelum era teknologi macam sekarang ini. Rasanya miris melihat apa yang terjadi ketika sang kakak asyik bermain perangkat mahalnya, sedangkan adiknya mengajak bermain hanya didiamkan saja. Tak ada lagi seorang kakak yang mengajak adiknya memancing di kali ataupun bermain bola di tanah lapang.
Dan pada akhirnya mungkin itu saja yang bisa saya tulis. Dengan masih menyimpan tanda tanya yang besar di kepala ini seperti apakah kondisi anak-anak yang akan dilahirkan istri saya kelak!!!!!!!!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H