Mohon tunggu...
Kitri Yana
Kitri Yana Mohon Tunggu... Sales - Hanya Pekerja Swasta

seperti angin, berhembus tak tentu arah namun tetap membuat sejuk

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mari Mencatat Sejarah

21 Mei 2014   02:35 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:18 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Dan akhirnya dua pasang capres dan cawapres telah mendaftrak diri ke KPU. Dan siapapun nanti yang akan menjadi presiden semoga bisa menjalankan amanat dari rakyat dengan sebaik-baiknya. Siapapun kelak yang menang dan menjadi presiden berhak menuliskan kemenanganya menjadi sejarah. Dan yang kalah entah akan diposisikan menjadi apa dia dalam sejarah itu, apakah sebagai antagonis atau apalah layaknya sebuah novel pasti akan selalu ada seorang protagonis dan seorang lain yang menjadi antagonisnya.

Kita semua tahu dua calon presiden yang akan maju nanti. Dengan masing-masing masalalunya. JOKOWI yang kita tahu atau sepengetahuan penulis masih memiliki jejak rekam yang baik. Begitupun dengan calon wakil presidenya. Beliau adalah salah satu tokoh politik yang cukup disegani memiliki reputasi yang cukup baik. Jika mereka menang nanti pastilah sejarah akan dituliskan bahwa mereka lah tokoh protagonis pada peristiwa dagelan atau sandiwara politik tahun ini. Setidaknya sejarah akan menulis tentang hal yang heroik tentang mereka sampai mereka menamatkan masa pemerintahan mereka. Ketika mereka telah turun dari jabatanya kita tidak tahu apakah mereka masih ditempatkan sebagai sesosok protagonis oleh penerusnya atau sebagai antagonis, tergantung siapa yang meneruskan tugas mereka. Bisa kawan atau lawan.

Prabowo Subianto sebagai mana kita tahu adalah calon presiden yang saya rasa mempunyai nilai nasionalisme yang tinggi ( itu menurut saya) . Wakilnya pun menurut saya memiliki reputasi yang masih cukup baik sebagaimana dituliskan sejarah sampai saat ini. Namun pemberitaan buruk tentang Prabowo tentang masa lalunya cukup menyita perhatian saya, mungkin juga anda. Peristiwa penculikan beberapa aktivis berpuluh tahun yang lalu masih tetap menjadi bumbu penyedap setiap kali berlangsungnya dagelan politik macam pemilu. Saya berandai-andai, senadainya saja peristiwa 16 tahun yang lalu gagal melengserkan pemimpin pada masa itu, tentunya sejarah akan dituliskan lain. Prabowo yang saat ini didengungkan menjadi sosok antagonis dalam cerita pastinya akan berbeda peranya. Dia pastinya akan menjadi sosok pahalawan jika saja peristiwa itu gagal, dan para aktivis pastilah akan dijadikan sebagai sosok yang bisa dibilang musuh. Dan hal itu berlaku sebaliknya.

Layaknya sebuah novel epik, pemenang lah yang akan menuliskan sejarah. Yang menang lah yang akan selalu ditempatkan dalam sisi protagonis, sedangkan yang  kalah akan berada di sisi antagonis. Namun berbeda dengan sebuah novel atau ceritera lainya yang berakhir selalu pada kemenangan sang protagonis, kehidupan nyata akan terus berubah. Tak selamanya peran yang anda perankan dalam kehidupan ini adalah peran protagonis atau sebagai penulis sejarah. Bersialha untuk kalah.

Kita hanya bisa mengambil pelajaran dari itu semua. Jika kita tidak bisa menjadi bagian dari sejarah bangsa ini, setidaknya kita bisa menjdai sejarah bagi keturunan kita kelak. Maka torehkanlah sejarahmu dalam tinta emas. Walaupun anda seorang penjahat sekalipun. Dan biarkan mereka yang menilai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun