Mohon tunggu...
Muhammad Muska Agisfi
Muhammad Muska Agisfi Mohon Tunggu... Lainnya - Universitas Pamulang

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Toxic Masculinity: Saat Laki-laki Dirugikan Patriarki

28 Oktober 2022   12:17 Diperbarui: 28 Oktober 2022   12:23 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Patriarki tidak hanya merugikan perempuan, laki-laki pun juga. Konstruksi sosial yang sudah mengakar membuat anggapan laki-laki adalah makhluk yang kuat dan tidak mudah menangis. Padahal hal tersebut sepenuhnya salah, budaya patriarki seolah melupakan bahwa laki-laki adalah manusia yang memiliki perasaan, toxic masculinity yang mempengaruhi pandangan tentang laki-laki.

Apa itu Toxic Masculinity?

Toxic masculinity merupakan sebuah tekanan budaya bagi kaum laki-laki untuk berperilaku dan bersifat dengan cara tertentu, dimana hal ini dianggap harus ada dalam diri seorang laki-laki. Misalnya, laki-laki harus menunjukan kekuatan, kekuasaan atau pantang mengeluarkan emosi seperti menangis. Laki-laki juga dianggap pantang dalam menerima bantuan ketika ada hal yang mendesak.

Faktor yang paling berperan dalam menyebabkan toxic masculinity adalah budaya patriarki yang membentuk konstruksi sosial tentang laki-laki. Anggapan bahwa laki-laki harus kuat dan tidak boleh nangis mengakar kuat di masyarakat dan hal tersbeut menjadi tolak ukur jika ingin dianggap laki-laki yang kuat, laki-laki harus mengikuti konstruksi tersebut. Apabila ada laki-laki yang mudah menangis, mengaku lemah, akan langsung dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Menangis bagi laki-laki adalah suatu dosa yang tidak boleh dilakukan.

Padahal sebagai seorang manusia, menangis dan merasa sedih adalah hal yang wajar tanpa perlu pandang bulu. Setua dan sedewasa apapun manusia, akan ada masa dimana mereka memiliki hari yang buruk, dan hanya bisa diluapkan dengan tangisan dan bercerita dengan orang terdekat. Apalagi laki-laki, anggapan ini tentu menyiksa mereka dan menganggu psikologisnya. Tak heran, fakta menyebut bahwa dominasi pasien rumah sakit jiwa diisi oleh pasien laki-laki.

Kedua, laki-laki seringkali dianggap sebagai pelaku utama kekerasan seksual pada perempuan. Memang untuk kasus tersebut, yang menjadi korban kebanyakan adalah perempuan. Namun, bukan berarti laki-laki tidak bisa menjadi korban, hanya karena dominasi laki-laki menjadi pelaku dalam kekerasan seksual lebih banyak daripada dominasi perempuan yang menjadi pelaku.

Ketiga, laki-laki seakan dilarang untuk melakukan kegiatan atau aktivitas yang biasa dilakukan oleh perempuan, seperti berdandan atau memasak. Padahal apapun gendernya, kegiatan tersebut bisa dilakukan oleh seseorang apapun jenis kelaminnya selama memang ia menyukai hal tersebut. Namun, anggapan masyarakat lagi-lagi membatasi laki-laki untuk menjadi dirinya sendiri. Laki-laki yang jago berdandan dianggap kemayu, hanya karena berdandan adalah aktivitas yang sering dilakukan oleh perempuan. Laki-laki yang tidak bisa bermain bola dianggap tidak jantan, padahal olahraga bola bukan tolak ukur jantan atau tidaknya laki-laki.

Dari faktor diatas, tentunya toxic masculinity sangat merugikan laki-laki dan tidak memberikan kebebasan bagi mereka untuk menentukan minat dan jalan yang dipilih. maka dari itu, mari sebagai laki-laki, kita normalkan menangis, bisa berdandan, tidak bisa bermain bola bukan merupakan sesuatu yang tidak boleh dilakukan oleh laki-laki.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun