Masih terdengar suara bisikan lembut malaikat..
Di malam itu.. yang menenangkanku..
Yang menumbuhkan tunas masa depanku..
Harapanku..
Meskipun aku tahu tak mudah bagiku..
Merancang ulang semua impian yang berkali kali harus hancur di terpa badai..
Tapi aku mencoba menanamkan pada diriku..
Bahwa hidup ini belum berakhir..
Seperti nafas yang masih terhembus di jiwaku yang semakin layu..
Masih ada pagi setelah malam panjang yang dingin ini..
Aku akan bertahan..
Tapi, dimana kini malaikatku..
Yang pernah mengembalikan harapan yang hampir mati..
Sekarat..
Tapi belum mati..
Kutelusuri jalan yang berbatu ini tanpa tujuan hidup..
Tanpa suara yang menenangkanku..
Karena aku tau kenyamananku penderitaan baginya..
Karena aku tau kebahagianku bukan kebahagiaan baginya..
Seandainya..
Dapat kuyakinkan bahwa badai ini pasti akan berakhir..
Bahwa semua penderitaanmu dan ketidaknyamananmu akan segera ku rubah..
Akan kuganti dengan pengabdianku membahagiakanmu seumur hidupku..
Akan ku bayar tangisan penyesalanmu dengan masa depanku..
Sebuah ujung kehidupan yang sama sama akan kita raih..
Sinar pengharapan yang akan hidup dalam hati kita..
Sampai kapan aku menunggu bisikan malaikat itu..?
Sampai kapan aku menunggu ketenangan hidupku..?
Karena aku tau malam ini akan segera berakhir..
Kegelapan dalam hidupku akan terbenam di ujung penantianku..
Segeralah datang padaku..
Sebelum pagi menghampiriku..
Tanpa aku menghampirinya..
Karena bila pagi datang dan kau belum kembali..
Cintaku akan hilang terbawa malam..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H