Sejak semalam aku diperkenalkan beberapa area penting di Madinah, aku nyaris tak bisa tidur. Aku ingin pagi segera menjemput ku.Â
Aku ingin segera masuk di sudut masjid Madinah yang jika tirai pembatas antara laki-laki dan perempuan tersingkap, aku bisa melihat langsung gerbang indah bertuliskan MUHAMMAD RASULULLAH.
Assalamualaika ya sayyidi ya rasulallah... Ummat mu yang berlumur dosa ini, datang berziarah kepada mu. Aku ingin memeluk makam mulia mu, walau hanya dalam alam bawah sadar ku.
Gemuruh ombak dalam dada, menghujam, menusuk kalbu bak karang yang tajam. Kerinduan ku tak terbendung, airmata terus mengalir seperti aliran sungai yang deras dan dalam.
Beruntung pagi segera menjemput. Kumandang adzan pertama memanggil-manggil kalbu, walau masih bingung, aku bergegas pergi ke masjid Nabawi yang tidak terlalu jauh dari hotel dimana aku dan temanku menginap.
Dengan langkah yang keras dan kerinduan hati yang menggelora, tak ku hiraukan semua rintangan. Angin pagi yang dingin, ku halau dalam gerakan kakiku.Â
Allah... Aku berterimakasih pada mu. Engkau telah berkenan mengundang ku untuk berziarah ke makam kekasih mu. Jangan biarkan kesempatan ini sia-sia. Jangan biarkan hati ini kosong dari hidayah. Jangan biarkan mata, tangan dan kedua kakiku diam tanpa makna.
Pintu 338, adalah titik kumpul semua jamaah. Group Thaibah, kelompok perempuan, masuk dari pintu gerbang 24, dan 25 . Aku dan teman se kamar ku, memilih masuk dari gerbang 25. Ini adalah gerbang yang lurus dari pintu 338.Â
Selain mudah untuk mencari jika ada salah satu dari kami terpisah,pintu 24 dan 25, memang banyak diserbu oleh kaum hawa.