Airmata ku terasa semakin habis, bila mengingat terakhir kalinya SI EMPUS pulang ke rumah.
Bagaimana tidak, tiba-tiba aku dengar ia telah mati terlindas mobil tetangga ku sendiri.Â
Sementara aku sudah berkali-kali bertanya, kalau ada yang melihat SI EMPUS.
Hampir 2 bulan berita kematian nya baru kudapatkan. Itupun bukan dari pengakuan penabrak atau keluarga nya, melainkan dari tetangga depan rumah ku.
Sesak dada ini, ada marah, benci dan entah apalagi. Aku ingin melabrak atas ketidak jujurannya. Tapi untuk apa ? Toh jika aku butuh bantuan, bukan kepada saudaraku yang jauh, melainkan kepadanya juga dan tetangga kanan kiri, depan belakang.
Aku cuma merasa sedih, kenapa dia tidak memberitahuku saat itu. Dengan berkata secara jujur, agar aku tak berharap SI EMPUS pulang.Â
Tiap hari aku merasa dia berada di sampingku, memandangku dengan manja, sambil me ngeong didekat kakiku.
Aku juga kadang melihat dalam halusinasi bahwa dia kesakitan saat ban mobil itu melindasnya.Â
Empusss.... malang nian nasibmu nak.Â