"Bimbang" begitu kata yang tepat untuk kasusku hari ini. Jika tidak karena taqdir Allah, tentu aku tak akan sampai ke tempat ini, dan bertemu dengan teman-teman se angkatan saat kuliah di IAIN tahun 1982-1986.Â
Sejak kemaren, aku sudah persiapkan diri, menata niat untuk hadir. mulai dari tukar hari jaga pondok dengan teman, sampai tadi pagi, aku mempersiapkan semua bekal untuk suami berangkat kerja. Agar kewajiban utamaku sebagai istri, tidak terabaikan.Â
Jam 3 pagi, aku bangun. Segala sesuatu sudah aku persiapkan. Dari mulai menanak nasi, lauk pauk dan sayur, aku lakukan di jam yang tidak biasanya. Dengan perasaan riang dan bahagia, semua kulakukan dan ku selesaikan. Hari ini, aku akan bertemu teman-teman kuliahku yang sudah menjadi kakek nenek. Aku berharap taqdir masih berpihak padaku. Jam 05.35 semua sudah selesai. Termasuk memberi Makan ke 6 anabul ku.
Entah kenapa, tiba-tiba hati menjadi ragu, antara berangkat dan tidak. Walau akhirnya, aku berangkat juga di jam 06.30. seperti biasa, keluar desa, harus pakai jasa gojek online, beralih bus mini. Sampai di tol Malang, keraguan muncul kembali. Bisa dibayangkan. Bus arah ke Malang, penuh. nyaris kesabaranku hilang, kalau saja Allah tidak kirim seorang perempuan yang memiliki tujuan se arah,Kota Malang.
Bus ke dua, datang... Subhanallah... penumpang pun sudah penuh, aku nyaris balik ke rumah, kalau tidak diperkuat oleh perempuan yang baru aku kenal. Terpaksa aku naik, walau harus duduk di tangga depan pintu paling belakang. Inilah perjuangan, begitu kata hatiku. Aku harus bertemu dengan teman-teman kuliahku. Aku harus sampai ke alamat yang ku tuju. Ya... Tekad yang kuat inilah yang membuatku lupa bahwa aku sedang berada di posisi kurang aman.
Perjalanan Surabaya -Malang, terasa sangat panjang. Udara panas, ditambah dengan penumpang yang naik turun di beberapa titik tertentu. untungnya, ada lelaki muda yang berdiri di depanku. Yang bisa ku buat tameng, di saat hal yang tidak ku inginkan terjadi. Na'udzubillah.
Dengan sedikit sok kenal sok akrab, kami ngobrol kesana kemari, sekedar menghilangkan rasa jenuh dan capek. Jam 08.47 bus sampai di terminal Malang. Semua penumpang turun, termasuk aku. Untuk mengejar waktu, aku pesan gojek online, dapat dengan harga yang  cukup murah, Alhamdulillah. Begitu pikirku. Karena aku tak paham dengan aturan yang di terapkan oleh Pemda Malang tentang titik-titik jemput, maka aku di arahkan untuk masuk ke dalam, oleh sang driver. Aku ikuti petunjuknya, aku masuk ke dalam arah parkir sepeda. eee ... ternyata, aku dibuat bingung. Seperti orang yang thawaf, aku keliling terminal. Astaghfirullah...ini driver sangat tidak manusiawi... Perempuan se usiaku, diminta untuk kesana kemari. Alhasil, aku cari gojek yg lain tanpa meng cancel driver itu. Syukurlah dia sendiri yang meng cancel.
Acara sudah dimulai. Prof. Ishomuddin sebagai tuan rumah, diminta untuk memberi sambutan. Banyak hal baru yang disampaikan kepada kami sebagai keluarga besar A1. Ilmu-ilmu baru, info-info baru seputar teologi keislaman, disampaikan dengan penuh semangat dan kata-kata filsafat. Aku cuma tersenyum, tidak banyak memahami filsafat teologi. Kami pun saling pandang, dengan bahasa gestur tubuh kami masing-masing. terimakasih prof, sudah memberi kami pengetahuan.