Mohon tunggu...
musiroh muki
musiroh muki Mohon Tunggu... Guru - Guru

Terlahir di kota Surabaya 60 th yang lalu. Menghabiskan masa remaja di pesantren putri wali songo asuhan Mbah yai Adlan Aly, dan melanjutkan ke IAIN sampai pada program sarjana di tahun '82-'86. Aktif sbg penulis lepas, sejak awal periode Covid 2019. Alhamdulillah menghasilkan 14 buku antologi puisi, cerpen dan flash fiction bersama teman2 se Nusantara.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Migrasi di Ruang Tamu

3 Oktober 2023   14:40 Diperbarui: 3 Oktober 2023   14:52 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rani, sang ibu muda mulai sibuk menata meja makan disudut ruang sebelah kiri rumahnya. Untuk menyambut tamu kehormatannya, dia sibuk memilah dan memilih warna yang cocok dan sedap dipandang mata. Satu demi satu sejumlah taplak meja dan cover kursi dilihat dan ditimbang-timbang untuk dipakai. 

Ada warna coklat, biru, hijau Sage dan oranye. "Aaahhh.... semuanya menarik, begitu pikirnya".  Sekali, dua kali Rani memilah dan memilih warna yang dirasa cocok untuk suasana nyaman bagi semua orang. Sementara Andi, sang suami, mengawasi gerak geriknya dari ruang tamu sambil tersenyum dan menggelengkan kepalanya. "Hijau dek, cocok buat suasana sore ini". Celetuk Andi tiba-tiba. Rani menoleh,dengan sedikit menahan rasa malu,dia mengangguk tanda meng iya kan ucapan sang suami.

Dengan cepat Rani mengambil taplak meja berwarna hijau pilihan sang suami. Dia mulai menata meja, kursi dan pernik-pernik lain sebagai pemanis. Di ambil nya beberapa piring, sendok makan, garpu dan gelas. "Wow... siapa yang mau datang ma....? Tanya Vicky, putra sulungnya. "Eyang" jawab Rani pendek. "Eyang....? Vicky bertanya ulang seperti tak percaya. "Iya" tegas Rani. "Eyang kung dan Eyang putri malam ini akan bertandang ke rumah kita. "Horeeee...." Saskia bersorak kegirangan. Sementara Vicky seperti patung tak bergerak, karena keheranan. 

"Tumben " Celetuk nya lirih. "Memang kenapa kalau eyang bertandang kesini Vicky...?" Tanya Andi tiba-tiba. " gak kenapa sih yah...cuma Vicky heran aja, kok tumben eyang mau ke sini, berdua, bareng. "Apa yang kamu herankan ?" Tanya Andi lagi. "kan selama ini eyang kung dan Eyang putri pisahan ?" Vicky bertanya tanpa sebuah ekspresi. Sementara Saskia, si bungsu, asyik dengan boneka berbie nya. 

Andi bangkit mengambil beberapa makanan yang sudah di siapkan sejak siang. Menata kembali diatas meja dan mencoba memberi nilai pada rasa makanan yang akan di suguhkan. "Soto sudah enak ma, gulai kurang garam sedikit, sambal sudah ok." Begitu komentar Andi-sang bapak- atas makanan yang telah dipersiapkan. Rani cuma tersenyum dan meng iya kan semua komentar suaminya. 

Saskia si bungsu, perlahan bangkit, menata ruang belajarnya dengan rapi. Buku-buku yang berserakan di lantai, di pungut dan diletakkan di rak buku. Sementara Vicky menyapu ruang tamu, depan kamar tidur dan ruang makan. Sambil sesekali bernyanyi kecil dan bersiul-siul sendiri. Ayah mengambil kain pel, membantu Andi mengepel lantai yang dirasa masih kurang bersih. . Masing-masing bersiap menunggu tamu kehormatan. Kakek dan nenek Vicky dan Saskia. Diantara berjalannya waktu, Saskia bermain game, sementara Vicky bermain piano di ruang tengah. Ayah tersenyum sambil melirik istri tercinta. 

Ting-tong... ting-tong... bunyi bel bersahutan, Vicky dan Saskia spontan berhamburan menuju pintu. Kakek.....nenek..... suara kegirangan. itu pecah dari mulut Saskia,. Di peluk nya gadis kecil itu oleh kakek mereka, sedang Vicky tertegun tak percaya bahwa di depan matanya ada dua orang yang sangat dia cintai setelah ayah-ibunya. Air mata nya menetes, tanda bahagia. Mulut Vicky tertutup tak mampu berkata-kata. Dia cuma bersyukur bahwa do'anya terkabul. "Terimakasih ya... Allah...." pikirnya dalam hati. 

"Silahkan ma, pa...duduk. kami berterima kasih papa dan mama mau bertandang ke gubuk kami. Begitu kata Andi sebagai menantu laki-laki satu-satunya di keluarga itu. Rani memeluk nenek erat-erat, tanda rindu yang amat dalam tersampaikan. Air mata kedua perempuan ini, mengalir cukup deras membasahi kedua pipi mereka. Sementara Andi sang menantu, cukup bersalaman dan mempersilahkan kedua mertuanya duduk di kursi tamu. Tak banyak kata yang keluar dari mulut Andi. Dia memang pendiam. 

BERSAMBUNG.....

Sambi Bulu, 3 Oktober 2023

Musiroh Muki 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun