Masih dalam perkara Vaksin Palsu yang akhir-akhir ini kehebohannya mulai berkurang tertelan berita yang lain, padahal menurut saya ini adalah hal yang mahapenting. Seperti kita ketahui tentang terbongkarnya kejahatan sepasang suami istri yang membuat vaksin palsu dan di kemudian hari ada oknum lainnya yang sungguh saya malas sekali menyebutkan nama oknum-oknum penjahat itu. Saya (semoga) bukan salah satu korban dari kejahatan vaksin palsu tersebut, sebagi seorang Ibu dua anak berumur 3 th dan 1 th, bisa dibayangkan, bertapa kuatirnya sayaatas kasus yang sempat menghebohkan dunia nyata dan dunia maya itu serta mungkin dunia yang lainnya, apalagi, selama sepuluh tahun saya menetap di Jakarta dan belum lama harus Mutasi ke Semarang, Â ini berarti ada kemungkinan bahwa anak saya adalah salah satu korbannya. Bagi keluarga kami yang hidup cukup, Â untuk memberikan perlindungan kepada anak kami dalam bentuk Vaksin yang lengkap, harus dengan perhitungan yang cukup Pelik, Melebihi Menteri Keuangan yang memikirkan APBN. Susahsekali. Maklum, kebutuhan hidup di Jakarta sangat tinggi.Â
Untuk Vaksin, harusrela tidak jajan sembarangan, atau menyisihkan dana yang seharusnya akhir pekankami bias jalan-jalan ke mall, cukup ke setu dekat rumah dengan membawa bekal,alias akhir pekan gratis. Setelah tahu kenyataan kehajatan tentang vaksin,rasanya ingin mengamuk, siapa bilang vaksin palsu tidak mengakibatkan kematian?Iya kalau formula yang terkandung dalam vaksin palsu itu tdk membuatalergi,seperti saya mempunyai alergi terhadap beberapa obat yang salah satunyaadalah anti biotik, pasti ada resikonya walaupun tidak dalam jangka pendek.Logikanya, vaksin adalah salah satu tameng atau perlindungan untuk penyakit(ini cara berpikir saya, orang awam dan bukan dokter). campak, hepatitis,meningitis, itu adalah contoh  penyakit yangbias mengakibatkan kematian apabila tidak ditangani secara benar dalam waktuyang tepat. Kecenderungan orang yang sudah memvaksin anaknya, aka nada rasanyaman, tenteram, tidak kuatir terjadi penyakit yang aneh-aneh. Saya sudahmemvaksin anak saya, salah satunya adalah Prevener 13 kalau tidak salah,menurut dokter itu adalah perlindungan untuk paru-paru, radang otak dll.Sayamungkin juga salah, karena membiarkan anak saya bermain sesukanya, bergauldengan anak-anak tetangga kanan kiri saya yang ternyata mereka terkena penyakitparu-paru yang sering disebut oleh Ibu-ibunya : Flek.Â
Pikiran saya, anak sayasudah kebal, bahkan pernah saya lihat salah satu Ibunya menyuapi anak saya satusendok, (lagi-lagi ini salah saya) tapi saya bersyukur anak saya tidak tertularpenyakit paru-paru tersebut. Begitu kasus Vaksin ini mencuat, saya sempattelephone Rumah sakit (Maaf) Brawijaya, dan mereka menjamin bahwa vaksin yangmereka berikan dapat dipertangung jawabkan distributornya resmi serta mendapatsertifikat keasliannya. Saya sedikit lega. Saya membayangkan, kalau vaksin anaksaya palsu, apa yang terjadi pada anak saya? Banyak kasus anak-anak meninggalkarena penyakit paru-paru yang akhirnya menjalar ke otak, belum lagi penyakitlainnya. Apakah bisa disimpulkan bahwa vaksin palsu tidak menimbulkan kematian?
Keresahan yang saya alami kemudian adalah, anak saya yangkedua, yang masih berumur satu tahun dan sudah waktunya mendapat vaksin yangharganya memang tidak murah dan vaksin itulah yang rawan dipalsukan. Ketikasaya melihat berita, ada yang tertangkap berkaitan dengan vaksin palsu diSemarang, maka sirnalah niat saya untuk memberikan vaksin lanjutan sampaiberita ini benar-benar valid. Karena tidak adanya jaminan yang jelas saat itu,Rumah sakit mana saja yang mendapat pasokan vaksin palsu. Jadilah saya telpRumah sakit Brawijaya dengan harapan saya bisa membeli vaksinnya untukdiberikan di Semarang, ternyata prosedurnya tidak diperbolehkan. Ya Tuhan,betapa Penjahat-penjahat vaksin Palsu ini sangat merepotkan Ibu-Ibu NusantaraIndonesia dan Juga Bapak-bapaknya. Pemerintah harus benar-benar ekstra repotuntuk mengurusi  masalah vaksin ini,karena ini adalah kasus yang maha penting. Generasi Penerus Bangsa bisa terganggukesehatannya gara-gara kasus ini. Memang ada penggantian vaksin bagi yangterkena vaksin palsu, tapi tetap saja para orang tua masih kerepotan dalammengurusnya, belum lagi bagi yang sudah terkena dampaknya.Â
Wahai para Penjahat vaksin yang sangat tidak saya hormatidan tidak saya banggakan, anda sukses membuat heboh dunia, anda suksesmempermainkan perasaan banyak orang, anda sukses membuat Dokter yang sangatmulia menjadi ikut jadi bulan-bulanan massa,anda sukses membuat anak-anak yangtidak berdosa menanggung akibat perbuatan anda yang keji itu. Memang dalamagama kita diajarkan untuk tidak dendam, tapi rasa sakit hati saya tidakhilang, dan memang saya tidak bisa berbuat apa-apa terhadap anda, saya jugatidak akan meminta Tuhan untuk membalas perbuatan anda, karena Tuhan begitubaik terhadap hidup saya, Tuhan juga bukan pendendam, Tuhan juga Mahamemaafkan. Akan tetapi, biarlah setan yang membalas Anda semua, karena sayayakin setan lebih lihai dalam balas dendam. Semoga setan mencatat danmengagendakan omongan saya yang ngawur ini.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H