Beberapa hari kebelakang, sebagian dari umat Islam dihebohkan dengan tersebarnya foto video Imam besar Masjid Istiqlal yang mengecup kening Paus Fransiskus lalu dibalas oleh Paus dengan mencium tangan ulama itu. Tentu saja momen ini diabadikan oleh jurnalis diberbagai artikel dan mengatakan bahwa kedua tokoh agama itu membawa pesan toleransi dan perdamaian. Walaupun begitu tetap saja ada yang menyayangkan dan mempertanyakan, mengapa Imam Masjid Istiqlal mengecup kening Paus yang notabene bukanlah tokoh umat Islam melainkan tokoh umat Kristen, apa maksudnya ?
        Sebagian umat Islam mungkin bertanya-tanya "Kok Ulama kek gitu sih sama tokoh Kristen?", hal ini adalah hal yang wajar. Sebab sebagian orang pasti kaget dengan hal yang tidak biasa itu. Biasanya dalam penghormatan di negara kita, teknisnya hanya dilakukan dengan berjabat tangan jika mereka adalah orang yang sepantar, lalu ada menempelkan kening pada tangan jika yang disalami itu adalah kepada orang yang lebih tua ataupun ada yang menempelkan pipi, biasanya dilakukan oleh keluarga dekat ataupun teman dekat. Dalam budaya salam kita tidak ada salam yang dilakukan dengan mengecup kening apalagi ini dilakukan oleh tokoh agama kepada tokoh agama lain.
        Melihat apa yang dilakukan oleh Imam besar Masjid Istiqlal yaitu Nasarudin Umar memang kita tidak bisa memvonis benar atau salah secara gamblang, tapi kita harus bisa melihat konteks, supaya kita bisa mengetahui, mengapa beliau melakukan hal itu?.
        Untuk melihat makna dibalik ini, kita harus mengetahui terlebih dahulu tradisi salam yang ada di dunia ini, khususnya yang ada di Barat karena Paus adalah orang Barat dan tinggal di Eropa secara khususnya jadi tentu saja Barat memiliki tradisi khusus dalam salam. Jika di negara kita biasanya salam dilakukan dengan berjabat tangan atau menempelkan kening kita pada tangan orang yang lebih tua, maka di Barat tradisi mencium pipi atau kening kepada orang lain itu adalah bentuk penghormatan bagi mereka. Oleh karena itu kita dapat melihat dari peristiwa itu bahwa Imam Masjid Istiqlal memakai tradisi Eropa untuk memberikan penghormatan kepada Paus Fransiskus dan juga seperti Paus Fransiskus membalasnya dengan mencium tangan sang Imam yang juga merupakan bagian dari tradisi di Indonesia yaitu mencium tangan Kyai sebagai bentuk penghormatan.
        Tentu saja pesan yang ingin disampaikan kedua pemimpin agama ini adalah baik, yaitu pesan untuk perdamaian antar agama dan juga toleransi. Sangatlah mulia pesan yang tersirat yang disampaikan oleh kedua tokoh agama ini, akan tetapi tidaklah semua orang dapat memahami pesan tersirat ini. Tentu saja jika menggunakan cara yang salah dalam menyampaikannya. Nasarudin Umar adalah seorang ulama yang ilmunya tidak perlu dipertanyakan lagi dan tentu saja dia memiliki alasan untuk melakukan hal itu dan tentu saja karena ia paham apa yang ia lakukan. Walaupun begitu pesan tolerasi dan perdamaian yang ingin ia sampaikan sedikit salah jika ia menggunakan tradisi ala barat untuk memberikan penghormatan kepada Paus yang mana hal itu bukanlah hal biasa yang terjadi di Indonesia apalagi dilakukannya kepada non Islam.
        Untuk melihat makna ini kita tidak bisa menghitamkan salah satu pihak dan memutihkan pihak yang lainnya, akan tetapi keduanya mungkin memiliki salahnya masing-masing. Pesan yang ingin dibawakan oleh Nasarudin Umar tentu bagus, Beliau ingin memperlihatkan keharmonisan antara dua agama besar, akan tetapi cara yang beliau lakukan membuat sebagian umat Islam menggelengkan kepala, akan tetapi tentu saja sebagian umat Islam yang lain mengerti apa yang dilakukan oleh Nasarudin Umatr hanyalah sekedar penghormatan.
Umat Islam yang menyalahkan beliau juga tidaklah salah, hal itu adalah hal yang wajar karena dalam budaya penghormatan di Islam ataupun di Indonesia tidak seperti itu, akan tetapi kita haruslah pesan tersirat yang dilakukan Nasarudin Umar, bahwa ia melakukan hal itu untuk menyampaikan pesan toleransi dan kedamaian antara dua agama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H