Nabi Muhammad saw adalah seorang tokoh yang sangat penting bagi umat Islam, karena ia adalah penyebar agama yang sekarang menduduki peringkat kedua yang terbanyak di dunia setelah Kristen. Nabi Muhammad adalah tokoh nomor satu bagi kehidupan umat Islam yang ucapan bahkan perilakunya selalu dicontoh oleh umat Islam sebagai pedoman hidup umat Islam. Allah swt berfirman :
لَقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِىۡ رَسُوۡلِ اللّٰهِ اُسۡوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنۡ كَانَ يَرۡجُوا اللّٰهَ وَالۡيَوۡمَ الۡاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيۡرًا ؕ ٢١
“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.”
Suri tauladan yang baik pada diri Rasullah bukanlah hal yang spesial dihadapan para Orientalis yang mengkaji biografi Rasulullah saw, mereka mempertanyakan segala perilaku Rasulullah saw, mengkritiknya bahkan sampai ada juga yang memberikan gelar yang buruk.
Orientalis adalah sebutan untuk orang barat yang mempelajari budaya Timur. Budaya Timur yang dimaksud disini adalah budaya orang-orang Asia yang bisa terbagi menjadi beberapa macam, mulai dari budaya Asia Timur (Jepang, Tiongkok atau Korea), Asia Selatan yang didominasi budaya Hindhu India, Asia Tenggara yang didominasi berbagai macam budaya ataupun Asia Barat Daya dengan budaya Islam Arabnya. Orang-orang barat yang mempelajari berbagai hal ihwal mengenai budaya Asia (Timur) dalam dunia intelektual disebut dengan Orientalis.
Orientalis atau yang dalam ideologi disebut dengan orientalisme berasal dari kata Orient yang berasal dari Bahasa latin yang artinya Timur. Sedangkan isme artinya paham atau aliran. Jadi yang dimaksud dengan orientalisme adalah sebuah paham atau aliran untuk mengkaji dunia Timur dalam hal ini adalah Asia yang mencakup juga dunia Islam. Selain itu dalam pengertian yang lain bahwa yang dimaksud dengan Orientalisme adalah sebuah istilah akademik yang merepresentasikan cara piker dan epistemologi Masyarakat Barat (Eropa) terhadap Masyarakat Timur (Asia), demikianlah yang dikatakan oleh Ahmad Bunyan Wahib[1]
Sebagaimana yang disebutkan diawal tadi, bahwa banyak sekali Orientalisme yang mengkritik Nabi bahkan ada yang sampai memberikan gelar yang buruk terhadap Nabi saw, oleh karena itu tidak sedikit umat Islam yang geram dan berusaha membantah apa yang diungkapkan oleh Orientalis tersebut. Diantara orientalis yang mengkritik Nabi Muhammad saw adalah John Calvin dan Joseph Schacht.Selain para Orientalis yang mengkritik Nabi Muhammad saw, ada juga Orientalis yang bersikap lebih toleran dan lebih objektif melihat Nabi Muhammad saw, dialah William Montgomery Watt, seorang Orientalis yang berasal dari Skotlandia.
W. Montgomery Watt adalah seorang professor di bidang kajian Arab dan Islam dari Universitas Edinburgh, Skotlandia. Ia awalnya adalah seorang pendeta Kristen Anglikan disalah satu gereja di Skotlandia lalu dilanjutkan di Inggris. Pada tahun 1946 Watt terjun ke dunia akademis karena ia tertarik kepada kajian Islam. Ia terus mengenyam Pendidikan sampai mendapatkan gelar professor di bidang kajian Arab dan Islam.
Banyak karya-karyanya yang berkaitan dengan Islam diantaranya adalah Muhammad at Mecca, Muhammad at Medina dan Muhammad : The Prophet and Statesman. Karyanya yang sudah sampai pada kita adalah Muhammad ; The Prophet and Statesman yang diterjemahkan menjadi Muhammad Sang Negarawan yang diterbitkan oleh Mitrabuku, Yogyakarta. Dalam judul
Dalam tulisannya dibuku yang disebutkan terakhir, Watt banyak memuji Nabi dan membantah kritikan-kritikan orientalis mengenai dirinya. Buku “Muhammad : The Prophet and Statesman adalah buku yang menggabungkan isi dari buku Muhammad at Mecca dan Muhammad at Medina. Jika kita lihat judulnya, memang menggambarkan dua status Nabi dari dua periode tersebut, Nabi Muhammad sebagai Nabi atau penyebar agama Islam menggambarkan status beliau saat di Mekkah dimana beliau memperjuangkan agama Islam lalu Nabi Muhammad sebagai seorang negarawan menggambarkan perjuangan beliau di Madinah sebagai pemimpin dari sebuah negara kota.