Mohon tunggu...
Om Lihin
Om Lihin Mohon Tunggu... Administrasi - Guru yang suka menulis

Sementara hanya bisa merangkai huruf, dan masih takut mati.... Malas menulis di kompasiana, sukanya baca baca saja. Tanya kenapa???

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Foto Miyabi di LKS; Ada Skenario Baru?

25 September 2012   13:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:43 812
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1348579139184511387

Beberapa waktu lalu, kedatangan Miyabi ke Indonesia mendapat kecaman keras dari berbagai pihak, sekarang tanpa usaha dan promosi sekalipun, sang bintang porno, masuk melenggang kankong, damai melalui pendidikan kita. Kejadian ini dinilai akan menghancurkan dunia pendidikan jika dibiarkan. Peserta didik akan penasaran ingin tahu sosok Miyabi. Apakah dia salah satu artis Indonesia?. Atau salah satu dari guru kita?. Gurunya sendiri yang awalnya belum mengenal si Porn Star, juga bisa penasaran. Itulah salah satu gambar dari Lembar Kerja Siswa yang diterbitkan oleh CV SM Mojokerto susunan Musyawarah Guru Bahasa Inggris SMP. Dengan tampilan Miyabi yang berpakaian sopan telah menjadi berita yang menghebohkan di dunia pendidikan Indonesia. [caption id="attachment_200990" align="aligncenter" width="570" caption="Gambar from: harianterbit.com"][/caption] 1001 pertanyaan akan muncul, salah satunya, mengapa pengarang yang terdiri atas Sumantri, Moh. Jalil, Giyono dan atas telaah Muhyidin itu memilih sang bintang Miyabi sebagai representasi materi yang dibahas. Apakah memang tidak ada pilihan lain yang secara sosial moral?. Mengapa kalau memang pilihan artis, harus Miyabi yang muncul?. Hemat saya, ada beberapa kemungkinan:

  1. Para penyusun, ngefans berat sama bintang porno asal Jepang ini. Karenanya, tidak peduli dengan hal lain, moral, etika, dan efek buruk pembelajaran. Tapi kemungkinan ini, lemah. Karena jika saja akibat ngefans berat dan menjadi ashabiyah, maka dimungkinkan foto Miyabi, tidak hanya satu, dan bahkan menjadi sampul.
  2. Penyusun tidak tahu menahu tentang Miyabi. Menempatkan foto dengan pakaian rapi, adalah ketidaksengajaan yang berasal dari ketidak tahuan. Asumsinya sederhana, foto itu menarik, dan rapi, tanpa tahu siapa dia. Ini cukup kuat, berdasarkan pengakuan mereka. Tapi bagaiamana dengan hasil review sebelum dicetak, atau lebih nyentrik lagi, EMPAT penyusun tuh kok wawasannya gak profsional banget, Miyabi aja gak tahu...:D
  3. Ada skenario besar dari kasus ini. Skenario pertama, kalau berkunjung langsung tak berhasil, cukup pesan yang dititip, dan salah satu lahan efektif, adalah dunia pendidikan. Skenario kedua, jika penempatan ini berhasil menghebohkan masyarakat, maka segera akan diusulkan agar semua bahan pembelajaran dikordinir di bawah kementerian terkait. Asumsinya juga sederhana, besarnya dana di dunia pendidikan, diperlukan pintu untuk mengeluarkannya.

Secara pribadi, saya lebih memilih kmungkinan terakhir dari skenario kedua. Meski hanya berupa analisa, namun gejala jelas tergambar. Gejala yang dimaksud adalah: Menteri Pendidikan terkejut sih iya, namun tanpa sikap tegas terhadap oknum yang telah mencetak LKS dan menyebarkannya, kelambatan reaksi yang dilakukan, meski kasus ini bukanlah kasus pertama, melainkan sekian puluh kasus sebelumnya. Semestinya jika itu adalah peanggaran hukum dan mencoreng nama Kementerian Pendidikan, maka terkejut rasanya tidak cukup. Gejala lain. Kebiasaan oknum pegawai negeri sipil, bekerja dengan gaji, atau bekerja jika ADA gaji. Hal ini bisa terlihat dari sekian banyak program Kementerian Pendidikan, menelan biaya milyaran rupiah, belum selesai, melawan hukum dan masyarakat belum tahu hasilnya apa, tapi tetap saja berjalan. Sebut saja, Ujian Nasional. Atau yang terbaru, Uji Kompetensi Guru, yang baru-baru dilaksanakan. Belum selesai... fakta lain, silahkan melirik website-website beberapa kementerian, sangat tidak update. Salah satunya lihat website www.pdsp.kemdiknas.go.id. atau buka dan tes link ini; http://nisn.data.kemdiknas.go.id/siswa/data. Apa penyebabnya?. Silahkan tanya adminya, ada anggaran gak yah...:) Paradigma harus dengan gaji inilah, membuka peluang pintu baru keluarnya anggaran. Kok bisa?. Bisa saja, “DENGAN MARAKNYA KASUS-KASUS DI LKS, MAKA SEBAIKNYA LKS BUKAN LAGI DIBUAT OLEH MGMP GURU, TAPI DITANGANI OLEH KEMENTERIAN TERKAIT”. Kalimat ini, jika menjadi peraturan berarati tidak akan gratis. Mreka bekerja dalam sistem dan program baru. Dan, anggaran pendidikan kemudian dapat dikatakan, berjalan semestinya. Mudah-mudahan analisa sederhana ini SALAH BESAR... :D Education is Life... itu masalahnya... @as Kursi (Goyang) From Gue...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun