Mohon tunggu...
Musfirotul Sholichah
Musfirotul Sholichah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Meneladani Kembali Peran Walisongo Melalui Podcast Keagamaan

22 November 2021   12:41 Diperbarui: 22 November 2021   13:18 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kelompok 77 KKN RDR 77 UIN Walisongo Semarang mengadakan podcast dengan judul implementasi peran walisongo dalam pendidikan generasi milenial bersama khusuhal aribina selaku koordinator kelompok 77 sebagai moderator dan ustad abdul muchid selaku pembicara tokoh agama pendiri jamiah rindu rosul, yang juga berperan sebagai pembimbing remaja desa tugu kec sayung kab demak. (13/11/2021)

Pembahasan tersebut bertujuan untuk mengingatkan kembali kepada kaum milenial agar tetap mengingat bagaimana sejarah walisongo ketika melakukan dakwah islam serta mengimplementasikannya sesuai kemajuan zaman pada generasi milenial melalui pendidikan. 

“Dengan adanya podcast ini, saya harap pemuda milenial tidak melupakan peran walisongo serta ajarannya. Diera sekarang harusnya pemuda lebih melek terhadap masa depan bangsa dimulai dari lingkup terkecil agar pendidikan dapat disampaikan secara merata, karna kalau bukan kita ya siapa lagi?” ucapnya. 

Peran pemuda sangat penting untuk mengajak masyarakat baik secara langsung dan tidak langsung untuk mengingatkan kembali peran walisongo tidak hanya dalam penyebaran islam saja, namun juga keterlibatan para wali didalam pengembangan pendidikan khususnya pada tanah jawa.

Pada era ini, pendidikan diakses melalui berbagai cara salah satunya melalui media massa maka dari itu sebagai pembaca dan penerima berita harus bisa memilih bagaimana ajaran yang baik yang tidak melenceng dari nilai dakwah para wali yang selalu toleran terhadap kebudayaan lokal.

Toleransi terhadap berbagai agama dimana sejak zaman walisongo sampai sekarang masih ada keterkaitan satu sama lain. “kita tidak membeda-bedakan antara yang jelek atau buruk seperti berbagai macam agama dan golongan islam itu sendiri, kita harus berpengang teguh kepada sila pertama dengan mendahulukan Allah swt, dan tidak lupa terhadap sesama manusia.” Lanjutnya.

Menurut ustad muchid, dengan adanya pancasila menjadikan antar umat manusia menjadi lebih toleran terhadap sesama karena tidak memandang latar belakang, ras, suku, agama, dan lain-lain seperti yang tercantum pada sila ketiga.

Pada akhir podcast, beliau berpesan agar tetap bersatu dalam lingkaran keimanan dan ketakwaan pada segala hal. Dalam pengimplementasiannya, sebagai pemuda sudah seharusnya melek akan teknologi namun juga tidak lupa meninggalkan iman. “pada zaman sekarang ini, kita harus bisa meneladani karakter pada wali, terutama dalam segi kebaikan. Boleh mengikuti zaman namun iman kita harus tetap teguh kepada Allah swt.”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun