Mohon tunggu...
Nadia Oktaviani
Nadia Oktaviani Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswi

Menulis, Introvert, dan podcast

Selanjutnya

Tutup

Trip

Singkat Cerita Kisah (PLTD) Kapal Apung Tsunami 2004

10 Desember 2024   15:43 Diperbarui: 10 Desember 2024   15:45 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Travel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Tsunami yang melanda Aceh pada tahun 2004 merupakan salah satu bencana alam yang masih sulit dilupakan oleh masyarakat Aceh karena memakan banyak korban. Peristiwa yang melanda pantai Aceh ini terjadi setelah gempa berkekuatan 9 skala richter di Samudera Hindia dan disebut sebagai gempa besar yang pernah terjadi dalam sejarah di dunia.

Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Apung yang sering disebut atau dikenali sebagai Kapal Apung tersebut, merupakan saksi bisu akan dahsyatnya tsunami yang telah menerjang Aceh. Sebuah kapal dengan panjang 63 meter dan berat 2.600 ton ini memiliki mesin pembangkit listrik yang kekuatan dayanya mencapai 10,5 megawatt. Bagai menggunakan sihir, gelombang tsunami yang maha dasyat mampu mendamparkan kapal PLTD Apung hingga terdampar sekitar 3 kilometer ke pusat kota Banda Aceh yang sebelumnya berada di laut tepatnya di pelabuhan penyeberangan Ulee Lheue. Hingga saat ini kapal berlokasi di Desa Punge Blang Cut, Banda Aceh.

Kisah ini tidak hanya sebagai sebatas simbol hebatnya gelombang tsunami namun menjadi simbol bahaduri di tengah bencana yang tak terperikan. Setelah masa pemulihan akibat bencana tsunami, kapal yang semula berfungsi sebagai pembangkit listrik tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Kemudian, Pemerintah Aceh memperbaharui kapal tersebut menjadi Museum PLTD Apung sebagai tempat Pariwisata pasca Tsunami. Hal ini bertujuan agar generasi selanjutnya dapat menyaksikan dan merasakan dahsyat pilunya para korban yang diakibatkan oleh kejadian tersebut dan sebagai pengingat sejarah bencana yang pernah terjadi.

Namun, tidak hanya Masyarakat Aceh saja yang dapat menyaksikan dan merasakan pilunya kejadian pada 20 tahun lalu, tetapi para pengunjung dari luar Aceh pun bisa merasakan kepiluannya dari penyampaian kejadian pilu itu dengan melihat dari video ilustrasi tentang proses terdamparnya kapal PLTD Apung. kapal apung juga sudah diperbaharui agar yang berkunjung merasakan nyaman saat berkunjung.

Museum PLTD Apung dapat dikunjungi pada Pukul 09.00 - 17.30 WIB, namun uniknya lokasi wisata ini ditutup setiap pelaksanaan ibadah shalat zuhur dan ashar agar pengunjung melaksanakan ibadahnya terlebih dahulu baru kemudian bisa melanjutkan mengelilingi Kapal Apung yang belum selesai dikunjungi. Adapun biaya untuk masuk ke dalam lingkungan museum ini adalah seikhlasnya, disediakan kotak amal didepan pintu masuk yang nantinya seluruh uang yang terkumpul diserahkan kepada pengelola masjid Punge Blang Cut untuk proses pembangunan masjid.

Kini, bagian dalam kapal PLTD Apung difungsikan sebagai museum edukasi tentang mitigasi bencana yang diisi dengan berbagai informasi dalam berbentuk video ilustrasi tentang proses terdamparnya kapal PLTD Apung. Tidak jarang, situs ini juga menjadi lokasi field trip bagi anak-anak sekolah untuk memperkenalkan tentang kebencanaan sejak dini serta Gampong Punge Blang Cut ditetapkan oleh Bapak Mawardi Nurdin selaku Wali Kota Banda Aceh sebagai Gampong Wisata dengan surat keputusan Nomor 160 tanggal 22 April tahun 2010 tentang penetapan Sadar Wisata dalam wilayah Kota Banda Aceh.

Selain itu, museum ini telah dilengkapi 2 menara, sebuah monument, jalan setapak, dan air mancur. Pada bagian deck dasar kapal terdapat ruang ABK yang masih utuh seperti saat kapal ini beroperasi. Hal yang paling unik dari kapal ini terdapat teropong besar di lantai atas kapal yang dapat digunakan ketika pengunjung memasukan koin 500 rupiah. Melalui teropong tersebut, pengunjung dapat melihat seluruh kota Banda Aceh dengan sangat indah.

Serunya menjadi salah satu pariwisata PLTD Kapal Apung adalah kita bisa dapat merasakan kejadian di masa lampau, karena kita dapat merasakan pilunya oleh video ilustrasi maupun gambar-gambar yang dipajang. Kisah pilu kapal apung ini sudah dikenal seluruh indonesia tidak hanya masyarakat Aceh saja yang mampu melihat secara nyata sebesar apa kapal apung tersebut. Namun turisme maupun pariwisata lainnya bisa berkunjung langsung ke Aceh untuk melihat bagaimana kisah pilu kapal tersebiut.

Turisme dari beberapa daerah luar Aceh pun dapat merasakan budaya dan kumpulan sejarah Aceh dari masyarakat Aceh maupun dapat informasi secara langsung dari PLTD Kapal Apung itu, dan beberapa para wartawan dari luar pun bisa mempublish ke media kampung asalnya untuk memberi tahu detail informasi PLTD Kapal Apung ataupun sejarah-sejarah Aceh lainnya.  

Namun, tidak hanya kisah Kapal Apung saja yang sudah menyebar luas ke luar Aceh, masih ada juga beberapa Museum dan wisata-wisata Aceh yang memiliki sejarah kental di dalamnya itu, seperti beberapa contoh yang telah tersebut disini yaitu, Putroe Phang, kuburan masal para pahlwan Aceh,  kuburan masal para sastrawan Aceh, museum tsunami yang terkhususnya membahas tentang bencana tsunami masa silam lalu, banyak beberapa lagi yang masih sangat penting untuk kita tinjau sebagai para pemuda dan remaja Aceh yang bahasa kerennya masyarakat pemuda Aceh yaitu "Aneuk Nanggroe".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun