Mohon tunggu...
Sosbud Pilihan

Pendidikan dan Kebudayaan atau Kebudayaan dan Pendidikan?

17 Mei 2017   21:56 Diperbarui: 17 Mei 2017   22:07 465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tampilan Museum Kraton Yogyakarta dalam pameran yang diadakan bersamaan Pertemuan Nasional Museum 2017 di Yogyakarta. (Foto: BertDHS)

Pembahasan mengenai istilah atau nomenklatur Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, mengemuka kembali dalam Pertemuan Nasional Museum 2017, yang diadakan di Hotel Sahid Rich, Yogyakarta, 16-19 Mei 2017. Paling tidak hal tersebut diungkapkan oleh Gubernur DI Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X dan Direktur Jenderal (Dirjen) Kebudayaan Hilmar Farid.

Ketika berbicara pada Rabu, 17 Mei 2017, Gubernur DIY mengatakan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan harusnya dibalik menjadi Kementerian Kebudayaan dan Pendidikan. “Karena pendidikan bagian dari proses kebudayaan itu sendiri,” tuturnya.

Hal senada diungkapkan juga oleh Dirjen Kebudayaan sehari sebelumnya, ketika mewakili Menteri Pendidikan dan Kebudayaan membuka pertemuan yang diikuti sekitar 400 peserta perwakilan museum dari seluruh Indonesia, ditambah sejumlah akademisi, unit pelaksana teknis, serta pemerhati dan pencinta museum.

Menurut Hilmar Farid, tema pertemuan “Museum Sebagai Sumber Belajar dan Pendidikan Karakter Bangsa” merupakan tema sentral uang ingin menempatkan kebudayaan dalam bagian utuh pendidikan. “Pendidikan dan kebudayaan bukan dua bidang yang terpisah, karena pendidikan itu sejatinya adalah bagian dari kebudayaan”.

Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X. (Foto: BertDHS)
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X. (Foto: BertDHS)
Hilmar Farid juga menyebutkan bahwa kementeriannya tengah mengupayakan agar semua sekolah di seluruh daerah di Indonesia dapat libur pada Sabtu dan Minggu. Liburan itu diharapkan dapat dimanfaatkan para siswa agar bersama keluarganya mengunjungi museum.

Dirjen Kebudayaan juga menyinggung mengenai wacana “one day school” yang sering diartikan sebagai sekolah sehari penuh para siswa belajar di dalam kelas. Padahal, tutur Farid, sekolah diperpanjang menjadi 8 jam (dari 5-6 jam sebelumnya) untuk membuat kegiatan pendidikan lebih panjang. Tetapi tidak harus semuanya dilakukan di sekolah. “Siswa bisa menggunakan waktu belajar mereka di museum terdekat,” katanya.

Museum memang menyediakan bahan-bahan pembelajaran yang cukup lengkap bagi siapa saja, termasuk para siswa sekolah. Koleksi museum dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembelajaran para siswa tersebut, dalam menunjang mata pelajaran yang diikuti mereka.

Di Indonesia saat ini adalah lebih dari 400 museum, bahkan hampir mencapai angka 500 museum. Memang belum semua museum dapat dikategorikan telah baik, tetapi seberapa sederhananya suatu museum, koleksi-koleksi yang dimliki museum bersangkutan, tetap dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran para siswa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun