Pedoman gizi di Indonesia telah mengalami perubahan secara bertahap. Awalnya, pedoman gizi yang digunakan adalah "Empat Sehat Lima Sempurna" (ESLS) yang pertama kali dicetuskan pada tahun 1952 oleh Prof. Poorwo Soedarmodi atau dikenal sebagai Bapak Gizi Indonesia. Seiring dengan perkembangan zaman, slogan ESLS dirasa tidak sesuai dengan perkembangan iptek serta masalah dan tantangan gizi saat ini sehingga ditinjau kembali dan disempurnakan menjadi Pedoman Gizi Seimbang (PGS). Pedoman gizi seimbang ini diyakini sesuai dengan kondisi di Indonesia yang masih menghadapi masalah gizi ganda. Adapun masalah gizi ganda tersebut yaitu masalah gizi kurang yang dapat mengakibatkan stunting dan underweight serta gizi lebih yang dapat menyebabkan obesitas dan diabetes. Namun faktanya perubahan pedoman Empat Sehat Lima Sempurna menjadi Pedoman Gizi Seimbang masih jarang diketahui oleh masyarakat. Padahal hal itu sangat penting karena PGS merupakan susunan makanan dan minuman sehari-hari dengan jumlah serta jenis yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, keanekaragaman makanan, aktivitas fisik, perilaku hidup bersih dan mempertahankan berat badan normal. Dengan memahami pesan yang terkandung dalam PGS akan dapat mencegah permasalahan mengenai gizi kurang dan gizi lebih.Â
Jika dilihat dari kondisi yang ada, maka dapat disimpulkan bahwa perlunya pemberian informasi mengenai pedoman gizi seimbang yang masih kurang dikenal di masyarakat. Hal itu dapat dilakukan dengan cara memberikan edukasi atau penyuluhan sehingga masyarakat mendapat pengetahuan mengenai pedoman gizi seimbang. Edukasi dapat dilakukan secara langsung dengan turun kelapangan dan memberikan informasi mengenai bagaimana peneraparn untuk memenuhi gizi seimbang, apa saja dampak dari kurangnya informasi mengenai gizi, bagaimana hubungan pedoman gizi seimbang ini terhadap permasalahan yang ada di Indonesia. Selain itu, pedoman gizi seimbang ini juga bisa diperkenalkan melalui media sosial seperti instagram, facebook, twitter dan sebagainya. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa dengan adanya pemberian edukasi pedoman gizi seimbang akan memberikan efek yang baik terhadap pengetahuan serta perilaku masyarakat mengenai pengetahuan gizi yang seimbang. Dengan masyarakat mendapatkan edukasi maka mereka akan mengetahui bagaimana gizi seimbang yang diperlukan tubuh dan tentu saja akan berdampak pada kesehatan mereka yang menjadi lebih baik.
Pedoman Gizi Seimbang (PGS) memang masih asing dan cukup sulit diingat dimasyarakat dibandingkan dengan Empat Sehat Lima Sempurna yang sangat sederhana. Hal itu karena Empat Sehat Lima Sempurna hanya berupa visualisasi lima kelompok pangan, yaitu "Empat Sehat" yang dimaknai dengan pangan pokok, lauk-pauk, sayur, buah, dan "Lima Sempurna' yang berupa susu. Maka dari itu, penting untuk mengetahui cara edukasi yang baik sehingga mudah diterima dan diingat masyarakat. Hal pertama yang mungkin bisa dilakukan agar pedoman gizi seimbang dikenal di masyarakat adalah dengan memperkenalkan visualisasi yang berupa anjuran konsumsi pangan sehari-hari yang disebut "Tumpeng Gizi". Visualisasi melalui tumpeng ini memiliki pesan bahwa pentingnya untuk memakan makanan yang beragam, melakukan aktivitas fisik, perilaku hidup bersih dan mempertahankan berat badan normal. Selain itu juga terdapat visualisasi "Piring Makanku" yang berupa anjuran porsi makan dan minum disetiap kali makan. Dengan memperkenalkan tumpeng gizi seimbang dan piring makanku dengan tampilan visualisasi menarik yang berupa gambar diharapkan dapat memudahkan masyarakat mengenal pedoman gizi seimbang.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H