Kurikulum Merdeka adalah kurikulum yang memberi kebebasan bagi guru dalam merancang, melaksananakan, dan mengevaluasi pembelajaran. Mislanya dalam membuat perencanaan pembelajaran guru bebas menentukan format rancangan pembelajaran, bisa menggunakan format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) atau bisa dalam bentuk modul pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran pun guru bebas memilih pendekatan atau model pembelajaran apa yang akan digunakan. Dalam IKM tidak lagi dipatok harus menggunakan satu pendekatan saja tetapi guru bebas memilih dan berkreasi yang penting dapat mencapai tujuan pembelajaran. Demikian halnya dalam penilaian atau asesmen guru diberi ruang yang lebih fleksibel dalam melakukannya.
Begitu pula peserta didik dalam IKM juga diberi kebebasan untuk mengikuti pembelajaran sesuai dengan tingkat kemampuan, bakat, dan minatnya. Dalam IKM guru ditekankan untuk menerapkan pembelajaran berdiferensiasi untuk memfasilitasi karakteristik yang berbeda-beda yang dimiliki peserta. Hal itu bukan berarti guru terikat dengan pembelajaran berdiferensiasi tetapi hal itu dilakukan demi terciptanya "kebebasan" di kalangan peserta didik. Itulah sebabnya di awal pertemuan guru perlu melakukan asesmen awal untuk mengidentifikasi perbedaan karakteristik peserta didik. Hasil dari asesmen awal tersebut dijadikan dasar bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi. Misalnya dalam pembelajaran teridentifikasi tiga karakter siswa dari segi tingkat kompetensi membaca, ada yang sudah mahir membaca, ada yang belum lancar, dan ada yang belum tahu sama sekali. Maka guru pun memberikan tindakan yang berbeda pada ketiganya, misalnya kepada yang sudah mahir membaca diberi tugas untuk menulis, yang belum lancar diberi tugas untuk membaca sebuah paragraf, dan yang belum tahu membaca dibimbing dengan mengenal huruf dan mengeja.
Karakteristik lainnya dalam IKM adalah Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Hal ini sangat urgen untuk membangkitkan dan menguatkan kembali nilai-nilai budaya bangsa Indonesia yang nota bene menjadi dasar filosofi lahirnya Pancasila. Mislanya penanaman nilai-nilai gotong royong dalam pembelajaran yang dikemas dalam tugas projek. Hal itu dapat menghidupkan kembali nilai-nilai gotong royong yang semakin hari semakin tergerus oleh sikap indiviudalis sebagai dampak dari globalisasi informasi.
Perkembangan teknologi juga sangat mempengaruhi cara pandang dan pola pikir guru dalam pembelajaran. Guru yang cepat tanggap dengan situasi ini akan melakukan adaptasi dengan memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran. Sebaliknya guru yang lambat dalam merespon perkembangan teknologi akan tergesur dan terpinggirkan serta dianggap kuno oleh peserta didik. Maka IKM ini diharapkan mampu menggerakkan guru-guru untuk menyesuaikan pendekatan pembelajaran dengan kondisi peserta didik yang sudah melek teknologi. Misalnya, guru harus memberi kebebasan kepada peserta didik untuk menggunakan berbagai sumber belajar dengan tetap mengontrolnya. Konsekuensinya guru juag harus mampu untuk memanfaatkan kemajuan teknologi dengan melakukan kreasi dan inovasi untuk mewujudkan pembelajaran yang menarik.
Hal lainnya yang menjadi kelebihan IKM adalah guru tidak dikejar dengan target kurikulum. Guru harus mengidentifikasi materi-materi esensial dalam satu mata pelajaran dalam setiapo fase lalu mengajarkannya secara tuntas. Jika ada materi yang tidak esensial dan belum diajarkan oleh guru maka dapat diberi tugas mandiri kepada peserta didik terkait materi tersebut. Dengan bekal ketuntasan pada materis esensial maka peserta didik diharapkan mampu menyelesaikan tugas mandiri tersebut.
IKM juga diharakan mampu mengatasi Lost Learning yaitu suatu keadaan dimana adanya pengetahuan peserta didik yang terputus atau hilang akibat dari adanya pandemi covid-19. Dampak dari pandemi yang pernah terjadi adalah banyak peserta didik yang terlena dan ketinggalan materi pelajaran. Nah, dengan pembelajaran berdiferensisasi dan pembelajaran tuntas, peserta didik yang mengalami lost learning dapat menyesuiakan diri untuk dapat melanjutkan ke fase berikutnya atau ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, atau untuk memasuki dunia kerja.
Harapan besar yang ingin dicapai dalam IKM adalah mewujudkan peserta didik yang cerdas sesuai bakat dan minatnya yang berkepribadian  dan berjiwa Pancasila. Harapan ini tentu tidak dapat dicapai jika tidak ada komitmen bersama seluruh elemen bangsa, khususnya elemen yang berkecimpun di dunia pendidikan, maka dengan adanya persiapan pelatihan fasilitator IKM yang akan dilaksanakan ini diharapkan mampu memberi kontribusi demi terwujudnya harapan tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H