Aku duduk sambil berpangku tangan dimeja kerja. Seharusnya, aku mendesign untuk mainan anak-anak, tetapi seketika otakku mandek. Tidak ada satupun ide cemerlang mampir dibenakku. Semua designku terasa biasa saja, tidak ada yang istimewa. Kebuntuan membuatku mengalihkan perhatian ke hal lain. Kehadiran sebuah nama dilayar messenger di Blackberry ku berhasil menyita perhatianku. M.Baihaqi. Ping ! ! sambil bergetar-getar blackberryku yang berwarna putih seperti susu. Dia menyapaku, “apa kabar shobat? Lama tak berjumpa!” Dia adalah pengajar anak-anak sekolah dasar di Malaysia, sudah 2 tahun dia disana, dia terpilih menjadi pengajar sebuah sekolah dasar favorit di Malaysia yang bekerjasama antara Pemerintah Malaysia dengan Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. “Alhamdulillah baik shobat, ente bagaimana disana? Kerasan-kah?” “Alhamdulillah baik, ane disini sangat betah, banyak belajar dan pengalaman luar biasa disini, kapan ente main kemari ?” “Insyallah, apabila ada kesempatan ane mau berkunjung kesana” “Musa ada informasi penting ini untuk ente yang senang dan gemar mendesign!” “Apakah itu sobat, sepertinya penting sekali?” “Ane dapat berita dari temen-temen mahasiswa yang ada di London, mereka dalam satu perkumpulan Perhimpunan Pelajar Indonesia United Kingdom, sedang mengadakan kompetisi design produk Budaya Indonesia yang akan dipamerkan di Barge House, Oxo Tower London, kamu berminat ikut serta, gak ?” “Wah minat banget tuh, bagaimana caranya ?” “Caranya ente menciptakan sebuah design dan produk bisa apa saja yang dapat mencerminkan budaya Indonesia, akan dipilih 30 design terbaik untuk ikut serta dalam pameran di Barge House, Oxo Tower London, dan dipilih 3 design terbaik untuk berangkat ke London untuk memperkenalkan produknya di London, luar biasaakan??” “Wahh...cool abis, mupeng abis tuh...aku pasti ikut, bagaimana cara daftarnya ?” “kamu buka websitenya di www.palapanetwork.com kamu download Form Registrasinya, terus ikuti instuksinya lebih lanjut” “Okay, Baihaqi, makasih informasinya, lumayan wat merefresh dan berkarya, makasih banyak wat info kerennya!!” “sama-sama sobat..good luck yah..semoga mimpinya terwujud, sukses slalu wat ente sobat” “sama-sama wat ente juga bro..Baihaqi” “Wassallammuallaikum bang Musa” “Waallaikumsalam” Salam perpisahan mengakhiri chat kami di messenger blackberry. Aku langsung membuka laptopku kembali yang sempat aku tutup, kubuka browser firefox dengan alamat sesuai dengan pemberian sobatku Baihaqi yaitu www.palapanetwork.com, kucoba mempelajari dan kutelaah apa-apa persyaratan yang harus kupenuhi agar dapat ikut serta dalam kompetisi itu. Iyah, benar sesuai dengan informasi dari sahabatku Baihaqi disana tertera informasi secara gamblang, kriteria-kriteria apa saja yang harus peserta siapkan, dari mulai keterangan design, ukuran, kegunaan dan terbuat bahannya dari apa serta selain itu apakah bisa diproduksi secara masal. Aku mencoba membaca secara perlahan dengan setengah tidak percaya. Tiba-tiba ujung jariku terasa dingin, jari telunjuk berhenti seraya dengan cursor di mouse layar tertulis “Kesempatan 3 Peserta Terbaik Terbang ke London”, dengan muka berkaca-kaca melalang buana khayalanku “London sebuah kota Indah di Inggris”. Aku membayangkan kalau suatu saat aku bisa berkunjung ke London, aku pasti akan berfoto sambil memegang hasil produk karyaku di sebelah Big Ben sebuah Menara dengan jam yang terkenal, wah pasti keren, selain itu juga dapat menampilkan kebudayaan Indonesia dalam pameran Indonesia Cultural yang difasilitasi oleh Palapa Network ke mata dunia International, sebuah kesempatan yang sangat luar biasa. Tak menunggu waktu lama aku segera bergegas lari bertemu dengan sahabat karibku, aku jalan menuju Kampung Pulo dari Bukitduri dengan menyebrang menggunakan getek bang Mamik yang terkenal dikampung Pulo, dengan memegang sebelas lembar ukuran kertas A4 hasil print-an yang ku download dari web Palapa Network mengenai persyaratan untuk ikut serta kompetisi itu. Ketika dalam perjalanan begitu banyak yang terlihat, ketika menyeberangi kali Ciliwung, anak-anak yang riang sedang berenang dikali, tawa canda renyah beberapa pemuda yang sedang memancing, dan dipinggiran kali beberapa muda-mudi sambil bergitar dan menyanyi. Tercermin dinamika kesedehanaan tapi penuh keriangan. Dia sebaya seumuran denganku, memiliki badan yang lebih tinggi beberapa sentimeter denganku, dengan ciri rambut agak ikal dengan senyum penuh keramahan. Iyah, dia adalah temanku dari aku berumur 4 tahun, bermain bersama, pergi mengaji bersama, dan kita dibesarkan dikampung yang sama, Kampung Pulo sebuah kampung yang dikeliling sebuah kali sepanjang kampung, yaitu Kali Ciliwung, kampung yang tak pernah luput dari banjir setiap musim penghujan tiba. Didaerah Jakarta Timur perbatasan dengan Jakarta Selatan yang dibatasi wilayahnya dengan Kali Ciliwung, M. Sudrajat yang biasa aku panggil dengan nama akrabnya Ajat ini, letak rumahnya persis berhadapan dengan rumahku sebelum rumahku dijual, ajat orangtuanya terkenal sebagai penjual ayam dipasar Jatinegara, Ajat Aku jalan menelusuri jalan kampung pulo yang agak becek dan basah, karena baru saja hujan turun yang berhenti. Kulihat banyak anak-anak kecil bermain dilapangan, sambil bersorak-sorak ramai kegirangan. Rasanya ingin ikut serta larut dalam keriangan mereka. Kucoba melawan itu dengan terus berjalan menyusuri jalan, tepat di tengah kampung sekitar kantor Rw.03, aku terdiam dan termenung, aku melihat anak-anak PAUD sedang bermain permainan, berbagai macam permainan anak-anak itu, terbersit ide untuk membuat puzzle yang memperkenalkan khasanah budaya Indonesia. (BERSAMBUNG)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H