Ramai terdengar kata tersebut setelah pilpres 2014 yang lalu, ‘elektabilitas’ merupakan hal umum untuk melihat daya tarik seseorang terhadap publik. Banyak survey yang melakukan pengumpulan sampel untuk menguji elektabilitas seseorang. Nah, elektabilitas sendiri ditentukan oleh berbagai macam faktor diantaranya: Kepribadian sang tokoh, karakter sang tokoh, gaya dan penampilan, perlakuan terhadap masyarakat dan publik, track record atau rekam jejak selama menjadi figur publik, dan beberapa faktor lainnya.
Hasil yang keluar merupakan pilihan masyarakat setidaknya dari perwakilan masyarakat sekitar 100 responden sampai 1000 responden yang biasanya tersebar dibeberapa kota yang ditentukan. Nantinya elektabilitas akan memunculkan angka, angka-angka tersebut biasanya ditunjukkan dalam bentuk persentase.
Namun elektabilitas telah menunjukkan angka yang sesaat, sebab biasanya setelah sang idola terpilih menjadi sesuatu, maka angka elektabilitas mulai mengalami perubahan, entah lebih baik atau lebih buruk, tergantung langkah dan tindakan yang diambil. Misalkan saja, ketika Jokowi memiliki elektabilitas sangat tinggi mengatasi semua tokoh nasional lainnya sekaliber Mega, Prabowo, Hatta, dan sebagainya saat beliau menjabat menjadi Gubernur di Jakarta. Pada saat masa kampanye pilpres, banyak isu yang dilancarkan pesaing kepada Jokowi, akhirnya membuat elektabilitasnya menurun cukup besar.
Namun setelah menjadi presiden RI, mendadak elektabilitas Jokowi ambruk karena berbagai macam isue yang tak sanggup diatasi, mulai dari pembuktian diri sebagai boneka Mega, Pelantikan Calon Kapolri yang menjadi tersangka KPK, pelemahan KPK, termasuk ketidak mampuan Jokowi mengatasi sikap Kalla yang sering bertolak belakang, ditambah lagi menteri yang mulai ‘melempem’, dan ditambah lagi dengan ‘salah tandatangan Perpres’ dengan alasan: Saya tidak baca!
Ini menambah elektabilitas jokowi turun secara drastis menjadi ELEK-tabilitas. Semoga sang presiden bisa mengatasinya....semoga....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H