Mohon tunggu...
Musa Hasyim
Musa Hasyim Mohon Tunggu... Penulis - M Musa Hasyim

Alumni Hubungan Internasional yang suka baca novel kritik sosial dan buku pengembangan diri. Sering menyukai sesuatu secara random.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Integrasi Moda Transportasi KAI Commuter yang Memanjakan Para Anker

3 September 2023   15:52 Diperbarui: 3 September 2023   15:57 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana senja atau jam pulang kantor di Stasiun UI, sumber: dokumentasi pribadi

Menjajal KRL Yogyakarta-Solo

Hal pertama yang saya khawatirkan sebagai Anker ketika pindah adalah apakah fasilitas, kemudahan, keamanan, dan kenyamanan moda transportasi di Yogyakarta sebanding dengan KAI Commuter Jabodetabek? Dan pertanyaan terpentingnya adalah, apakah integrasi komuter dengan moda transportasi umum lainnya selengkap KAI Commuter Jabodetabek.

Beruntungnya ketika saya pindah, KRL rute Yogyakarta-Solo baru beroperasi beberapa bulan. Itu artinya saya bisa menjadi warga Sleman sekaligus menjadi Anak Kereta (Listrik) beneran. 

Peron tunggu di Stasiun Solo Balapan, sumber: dokumentasi pribadi
Peron tunggu di Stasiun Solo Balapan, sumber: dokumentasi pribadi

KRL rute Yogyakarta-Solo mulai beroperasi sejak 10 Februari 2021 ketika badai pandemi masih tinggi-tingginya. Sementara saya tinggal di Sleman dan sempat bekerja di Solo sejak akhir tahun 2021.

Sebelum ada KRL di Yogyakarta, masyarakat Jawa Tengah dan Yogyakarta sudah mengenal kereta Prambanan Ekspres (Prameks) lebih dulu. Ketika saya pulang kampung, saya sering naik kereta tersebut namun saya harus memesan tiket Prambanan Ekspres (Prameks) terlebih dahulu melalui aplikasi lalu mencetak tiket ke petugas, mirip seperti ketika saya hendak naik kereta lokal dan kereta jarak jauh.

Pemandangan di lantai dua Stasiun Solo Balapan, ada Masjid Syeikh Zayed, sumber: dokumentasi pribadi
Pemandangan di lantai dua Stasiun Solo Balapan, ada Masjid Syeikh Zayed, sumber: dokumentasi pribadi

Saya kadang kehabisan tiket Prameks Yogyakarta-Solo Balapan, dan saya pun harus pindah ke jadwal berikutnya. Entah kenapa untuk perjalanan kereta yang tidak begitu jauh, akan lebih mudah jika sistem pembayaran dan sistem kerjanya disamakan seperti kereta listrik. Apalagi bagi saya yang sudah terbiasa dengan KAI Commuter Jabodetabek sebelumnya. Saya bahkan bisa mengejar kereta beberapa detik sebelum kereta diberangkatkan karena saya hanya perlu menempelkan kartu uang elektronik ke mesin untuk bisa masuk ke peron dalam. 

Saya juga bisa menggunakan pindai mesin NFC di ponsel pintar dengan mesin pembayaran otomatis di peron. Saya tidak perlu memesan tiket, cukup mengisi saldo saja.

Lalu bagaimana dengan nasib Prameks? Apalagi memori masyarakat sudah melekat erat dengan Prameks sejak tahun 1994. Kereta berdiesel tersebut menyimpan banyak cerita suka duka di dalamnya. Saya pun punya banyak pengalaman akan kereta idaman itu yang kalau dikisahkan bakal penuh satu buku.

Setelah saya telusuri, ternyata Prameks masih beroperasi dan masih melayani penumpang, hanya saja rutenya tidak sama persis seperti yang dulu. Kini Prameks hanya melayani rute Yogyakarta-Kutoarjo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun