Mohon tunggu...
Musa Hasyim
Musa Hasyim Mohon Tunggu... Penulis - M Musa Hasyim

Dosen Hubungan Internasional Universitas Jenderal Soedirman

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kurikulum Merdeka: Seru Belajarnya, Terfokus Materinya, dan Fleksibel Penerapannya

20 Mei 2023   09:13 Diperbarui: 21 Mei 2023   18:40 587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Unjuk kebolehan pencak silat, sumber: MASPA Yogyakarta

Sebagai contoh sekolah tempat saya mengajar berada di kaki Gunung Merapi, maka belajar mitigasi bencana akan sangat berguna. Sekolah saya juga berkolaborasi dengan lembaga penanggulangan bencana seperti LPBI-NU.

Setelah mendapat pelatihan kebencanaan, peserta didik presentasi simulasi kebencanaan, sumber: MASPA Yogyakarta
Setelah mendapat pelatihan kebencanaan, peserta didik presentasi simulasi kebencanaan, sumber: MASPA Yogyakarta

Sekolah saya juga mengundang umat agama lain untuk mengadakan diskusi bersama karena seluruh peserta didik di sekolah saya beragama Islam sehingga penting bagi mereka untuk belajar akan keberagaman. Prasangka buruk terhadap agama lain pun memudar berkat program semacam ini.

Dialog moderasi beragama bekerja sama dengan sekolah lain, sumber: MASPA Yogyakarta
Dialog moderasi beragama bekerja sama dengan sekolah lain, sumber: MASPA Yogyakarta

Kemudian karena sekolah saya berada di daerah otonomi khusus DI.Yogyakarta, maka beberapa kali sekolah mengadakan kunjungan ke keraton dan tempat-tempat terkait. Akhirnya peserta didik tidak hanya sebatas tahu teori tetapi juga praktik baik daerah istimewa.

Peserta didik serius menyimak penjelasan langsung dari abdi dalem, sumber: MASPA Yogyakarta
Peserta didik serius menyimak penjelasan langsung dari abdi dalem, sumber: MASPA Yogyakarta

Ketiga, pembelajaran yang fleksibel dan tidak kaku. Karakteristik ini berkaitan dengan pembelajaran yang terdiferensiasi. Maksudnya adalah bahwa masing-masing peserta didik memiliki caranya sendiri-sendiri dalam menangkap sebuah materi. Guru tidak bisa menyamakan semua kemampuan peserta didiknya, harus ada inovasi untuk mengakomodasi semua kebutuhan peserta didik.

Misal ada peserta didik yang lebih nyantol dengan pembelajaran menggunakan auditori (gaya belajar dengan mendengar, menyimak, berbicara, dan berargumentasi), ada yang lebih suka visual (gaya belajar dengan mengandalkan indra mata dalam mengamati, membaca, menonton dan menggambar) dan ada juga yang lebih condong ke kinestetik (gaya belajar dengan mengandalkan aktivitas fisik).

Sebagai contoh di dalam pembelajaran makro, di sekolah saya ada program ngaji robot untuk mengakomodasi peserta didik dengan gaya belajar kinestetiknya. Mereka baru paham teori kelistrikan dan mesin begitu praktik langsung dengan mobil tamiya. 

Ngaji robot atau seminar tentang robot yang dilanjut dengan pertandingan tamiya, sumber: MASPA Yogyakarta
Ngaji robot atau seminar tentang robot yang dilanjut dengan pertandingan tamiya, sumber: MASPA Yogyakarta

Ada program mengundang polisi wanita untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dengan gaya belajar auditorinya. Mereka bisa menyampaikan opini dan berdiskusi dengan polwan-polwan tentang kejahatan siber. Lalu ada program literasi membaca yang ditujukan kepada peserta didik yang suka dengan visualisasi. Beberapa kali sekolah saya juga mengundang penerbit buku besar di Indonesia untuk berkolaborasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun