Siapa yang doyan makanan goreng-gorengan? Kalau disurvei secara langsung, pasti mayoritas masyarakat Indonesia akan angkat tangan. Siapa sih yang tidak suka makanan yang digoreng. Selain rasanya yang nikmat, juga ada di mana-mana mulai dari kelas pedagang kaki lima sampai restoran berbintang lima meski mengandung kolesterol jahat yang menumpuk.
Makanan yang digoreng seolah tidak bisa lepas dari keseharian kita dan sudah menjadi bagian dari citra budaya makanan Indonesia. Saya mendapati fakta demikian ketika saya mengikuti webinar yang membahas banyak soal makanan-makanan bergoreng pada Minggu 25 April lalu secara virtual melalui Zoom Cloud Meetings.Â
Webinar bertajuk "Keluarga Sehat Berawal dari Makanan Bergizi" ini diadakan oleh Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI UI) bersama Jelantah4Change.
Saya kemudian tercengang mendengar penjelasan dari Dr. dr. Ray W Basrowi, salah satu narasumber webinar yang mengatakan bahwa butuh minimal 75 tahun untuk mengubah cross cultural food image bangsa Indonesia sampai akarnya, termasuk budaya makan makanan bergoreng tanpa adanya kontrol.Â
"Angka kematian dari Penyakit Tidak Menular (PTM) semakin meningkat, dari yang semula hanya 37% pada tahun 1990 menjadi 58% pada tahun 2010. Jenis-jenis PTM yang sering dijumpai adalah diabetes, hipertensi, gagal ginjal, dan penyakit jantung. Salah satu penyebabnya adalah tren pola makan yang tidak sehat, termasuk mengonsumsi makanan berminyak dalam jumlah besar," imbuh dokter asal Manado yang juga pendiri Health Collaborative Center.
Wah ngeri juga! Selama webinar berlanjut, saya hanya bisa merenung karena merasa apa yang disampaikan oleh narasumber banyak benarnya. Sebagian anggota keluarga saya juga seorang penyintas dari PTM ini. Bahkan nyawa ayah saya dan bibi saya terenggut oleh salah satu dari jenis PTM ini.
Setelah saya baca-baca dari referensi lainnya, makan makanan bergoreng sebenarnya tidak berbahaya dengan catatan harus diseimbangi dengan kebutuhan nutrisi atau gizi lainnya. Sederhananya sih, jangan kebanyakan makan makanan berminyak apalagi yang digoreng dengan minyak jelantah. Selain itu, olahraga rutin dapat menyingkirkan kolesterol-kolesterol jahat yang menumpuk dari sebuah makanan bergoreng.Â
Tapi apakah harus menunggu 75 tahun dulu baru bisa mengubah kebiasaan pola makan yang tidak sehat? Ini seperti lingkaran setan yang terus-menerus berputar di tempat sama, sekali bergerak akan diam di tempat semula. Saya mencoba berkreasi dengan membuat rumus sederhana yakni 3 M + Kojima, mungkin ini bisa menjadi alternatif. Apalagi "KOJIMA" ini merupakan madu dengan 3 kebaikan yaitu Korma, Jinten (Habbatussauda), dan Madu.