Itu baru satu perihal kebijakan Menag, karena pasti ada banyak kebijakan lainnya dari Menag. Dan apakah yang bersebarangan dengan semua kebijakannya juga disuruh mengajari ikan bernenang?
Kegaduhan di media sosial sepertinya tidak akan berhenti, padahal pandemi sudah meluluhlantakkan sendi-sendi perekonomian. Lalu apakah bijak mencuitkan sesuatu tanpa memikirkan dampaknya kedepan?
Apalagi bagi seorang influencer dengan jumlah pengikut jutaan. Seberapa besar dampak yang akan dihadapinya, pasti lebih banyak ketimbang influencer yang masih mentok puluhan atau ratusan ribu pengikut.
Ruhut Sitompul sendiri memiliki 2 jutaan pengikut di Twitter di mana hampir semua cuitannya selalu mengundang orang untuk berkomentar atau menyanggahnya.
Maka tak heran jika banyak yang mengatakan Ruhut sebagai penjilat atau pendukung fanatik rezim yang berkuasa.
Seolah-olah semua kebijakan pemerintah itu selalu benar. Tak ada cacatnya dan tak ada yang perlu dikoreksi bersama.
Beruntungnya di Indonesia masih ada media yang bisa mengkonter justifikasi pembenaran-pembenaran yang dilakukan oleh para influencer.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H