Mohon tunggu...
Musa Hasyim
Musa Hasyim Mohon Tunggu... Penulis - M Musa Hasyim

Alumni Hubungan Internasional yang suka baca novel kritik sosial dan buku pengembangan diri. Sering menyukai sesuatu secara random.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Puan dan Prinsip Emak-emak yang Selalu Benar

5 September 2020   23:39 Diperbarui: 5 September 2020   23:25 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sosok Puan Maharani, sumber: kompas.com

Menurut Jubir PKS, Handi Risza, pernyataan Puan telah menyinggung perasaan masyarakat Sumatera Barat. Padahal selama ini Sumbar telah menyumbangkan para tokoh kebangsaan sebut saja Muhammad Hatta, Sultan Syahrir dan Tan Malaka.

Pihak PDIP tak mau kalah. Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan bahwa sebenarnya Puan ingin mengingatkan bagaimana kita menanamkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sosial.

Ketua DPD PDIP Sumbar juga mengatakan nada serupa bahwa Puan tak bermaksud menyinggung perasaan masyarakat Sumbar. Puan justru ingin memperjuangkan nilai-nilai Pancasila terutama berkaitan dengan musyawarah dan mufakat yang sudah menjadi bagian nilai kearifan lokal masyarakat Sumbar.

Buntut dari pernyataan Puan ini berakhir di meja pelaporan kepolisian setelah Persatuan Pemuda Mahasiswa Minang (PPMM) melaporkan Puan atas dasar pelanggaran terhadap UU ITE.

PPMM ini menganggap bahwa Puan secara langsung menghina masyarakat Sumbar atas pernyataan kontroversialnya.

Sejauh ini, belum ada tanda-tanda Puan akan meminta maaf karena mungkin kalau meminta maaf martabat partainya bisa saja menurun. Pun begitulah prinsip emak-emak yang sempat saya singgung di awal.

Seperti dalam film Tilik, Bu Tejo yang sudah menggosipkan habis-habisan Dian masih saja ngotot tak mau ngaku salah atas berita yang masih miring. Meski pada ujungnya Dian tak jauh berbeda dengan apa yang digosipkan, tetap saja Bu Tejo telah salah.

Kenapa salah? Karena Bu Tejo bergunjing di depan Yu Ning yang masih memiliki hubungan sanak family dengan Dian. Itu sama artinya dengan menyakiti perasaannya, bukan.

Begitu juga dengan Puan, meskipun maksud Puan bukan untuk menghina masyarakat Sumbar namun kata-katanya jelas salah. Puan salah memilih kata yang secara langsung akan ditafsirkan berbeda oleh masyarakat.

Masyarakat akan mendengar apa yang dibicarakan secara tersurat bukan tersirat. Masyarakat Sumbar pun ada banyak, pasti ada banyak pula yang merasa tersinggung.

Apa susahnya minta maaf, okelah kalau Puan tidak bermaksud menghina namun minta maaflah karena memilih kata yang salah. Okelah niat Puan baik, tapi kata-kata yang diucapkan oleh mulutnya sangat jelas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun