Orangtua tersangka tentu memainkan peran penting dalam membentuk karakter sang anak. Inilah salah satu bahaya ponsel pintar bagi anak yang masih kecil. Coba orangtua tersangka tidak membelikan atau meminjamkan ponsel pintar ke anaknya, pasti lain ceritanya.
Orangtua yang membelikan atau meminjamkan ponsel pintar ke anaknya harusnya sering-sering mengecek aktivitas sang anak di layar ponsel. Situs apa saja yang dijelajahi sang anak, video apa saja yang sudah ditonton oleh sang anak, dan juga harusnya sang anak dibatasi dalam memakai ponsel.
Pergaulan sang anak juga patut diselidiki. Kok bisa-bisanya si MWS ini bergaul cukup dekat dengan MMH yang sudah SMA. Apakah tidak ada teman-teman sebaya di lingkungan MWS? Apakah MMH yang mengenalkan dunia film biru kepada MWS atau bagaimana?
Nasi sudah menjadi bubur, tepung sudah menjadi roti, dan si bayi sudah lahir di dunia yang fana ini. Peristiwa ini bisa menjadi pelajaran besar bagi kita semua, apalagi di musim PJJ ini.
Anak-anak pasti sering berselancar di ponsel pintar dengan alasan belajar daring namun orangtua jangan lepas tangan begitu saja seolah-olah sang anak sudah belajar dengan baik.
Rasa curiga yang berlebihan memang kurang bagus buat orangtua namun daripada kasus MWS terjadi lagi. Seperti kata pepatah, sedia payung sebelum hujan.
Zaman sudah berubah, di satu sisi pedofil berkeliaran di sekitar kita dan mengancam anak-anak kecil, di sisi lain anak-anak pun bisa menjadi predator jika orangtua kurang memperhatikan perkembangan sang anak.
Semoga saja kasus MWS adalah kasus terakhir dan tidak pernah terjadi lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H