Pasukan nasi bungkus ini merupakan sebutan bagi mereka yang melakukan demo karena dibayar. Mereka pun tidak sepenuhnya tahu apa yang sebenarnya mereka perjuangkan dalam aksi demonstrasi karena mereka ikut demo bukan karena nilai yang ingin diperjuangkan melainkan materi apa yang bisa mereka dapatkan.
Istilah pasukan nasi bungkus ini semakin populer semenjak aksi demonstrasi menuntut Ahok beberapa tahun silam. Pasukan nasi bungkus juga semakin populer bersamaan dengan semakin canggihnya teknologi informasi.
Betapa tidak? Sekarang kita bisa melihat langsung laporan jurnalisme warga di lapangan hanya dengan rekaman amatir yang mereka sebarluaskan. Tapi bukan berarti rekaman amatir tersebut dapat dipercaya sepenuhnya.
Bisa juga mereka hanya menyebarkan berita hoaks atau membuat video settingan belaka. Jadi mereka merekam pernyataan peserta demonstrasi yang dibayar padahal yang direkam bukan peserta demo sungguhan.
Bisa jadi mereka justru sudah dipesan oleh tim lawan untuk mengkonter ide agar menunjukkan seolah-olah aksi demonstrasi tersebut hanya tipu-tipu belaka padahal mereka berdemo beneran.
Kalau sudah begini, apa bedanya dengan teori konspirasi yang bersebaran?
Lantas nih, bagaimana dengan aksi membakar bendera PDIP yang memicu kemarahan Megawati Soekarnoputri?
Apakah mereka yang membakar bendera PDIP adalah pasukan nasi bungkus sungguhan atau peserta nasi bungkus settingan?
Demo yang diselenggarakan untuk menolak RUU HIP atau Haluan Ideologi Pancasila itu diinisiasi oleh PA 212 atau Persaudaraan Alumni 212 di depan megahnya gedung DPR. Ada ya istilah alumni demo? Kalau demo alumni, ada tidak yah?
Oke lupakan soal alumni demo atau demo alumni. Yang jelas, aksi demonstrasi pada Rabu (24/6) ini tidak dapat dibenarkan sepenuhnya apalagi ketika massa melakukan pembakaran bendera PDIP.