Sementara itu, PA 212 membantah dan menolak anggapan bahwa pasukan mereka yang melakukan pembakaran tersebut. Seperti dilansir di detik.com bahwa mereka katanya datang damai-damai untuk menyampaikan aspirasi 8 poin agar RUU HIP segera dicabut atau dibatalkan.
Sedangkan Hasto, Sekjen PDIP menyayangkan aksi pembakaran tersebut dan tidak sepenuhnya menyalahkan pendemo. Ia mengatakan bahwa bisa jadi ada provokator yang menyusup dalam aksi demonstrasi itu. Ia juga yakin bahwa rakyat tidak akan mudah terprovokasi, hanya segelintir orang saja yang menjadi provokator.
Apakah tanggapan-tanggapan ini selanjutnya akan membenarkan bahwa ada pasukan nasi bungkus dalam aksi demonstrasi itu?
Katakanlah bahwa pasukan nasi bungkus ini sebenarnya malas untuk ikut demo di tengah pandemi, hanya saja karena tergiur iming-iming materi, ia rela melakukannya. Selanjutnya ia akan menyusup dalam aksi, sampai melakukan aksi pembakaran. Kalau skenarionya demikian, lalu siapakah aktor di balik konspirasi tersebut?
Daripada terus berspekulasi tanpa bukti, kita serahkan saja sepenuhnya pada hukum. Megawati pun sudah menyerukan aksi pembakaran tersebut agar diproses secara hukum. Hanya saja, semoga kebenaran yang diungkapkan, bukan konspirasi atau salah tangkap yang terjadi.
Sebagai partai mayoritas dan partai penguasa, bukankah mudah untuk melakukan skenario demikian? Tapi kalau melihat surat perintah Ketum PDIP, Megawati, mereka akan serius dan adil dalam mengungkapkan siapa sebenarnya yang membakar bendera moncong putih kebanggaan mereka itu.
Yah, kita lihat saja, semoga tidak ada kebenaran yang ditutup-tutupi. Karena sebaik-baiknya tupai melompat, ia pasti akan terjatuh juga. Karena sepandai-pandainya menyembunyikan mayat, maka akan tercium juga baunya. Tentu kita tidak ingin ungkapan tersebut ada di balik pembakaran bendera PDIP ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H