Zaman kejayaan Islam atau the golden age of Islam berlangsung cukup lama yakni mulai ke-9 sampai permulaan abad 12. Di zaman itu, Dinasti Abbasiyah mengambil alih sebagian besar wilayah Timur Tengah sampai Asia Tengah.
Kenapa dianggap zaman kejayaan? Karena di zaman itu bermunculan banyak ilmuwan terkenal di berbagai bidang keilmuan mulai dari Kedokteran, Matematika, Sains, Geografi, Kimia, Filsafat, Sastra, dan Sosial.
Ulama cendekiawan yang dikenal sampai sekarang ada Abu Ali al-Hasan ibn al-Haytham dikenal Alhazen, Abu Rayham Muhammad al-Biruni, Abu Ali al-Hussein Ibn Sina dikenal juga Avicenna, Abul-Walid Muhammad Ibn Rushd dikenal Averroes dan masih banyak lagi lainnya.
Mereka bisa produktif dalam khazanah ilmu pengetahuan karena dedikasi pemimpin mereka yang sangat peduli terhadap pentingnya ilmu pengetahuan bagi sebuah peradaban. Adalah Khalifah Al Ma'mun, yang pada abad ke-9 mendirikan Baitul Hikmah atau House of Wisdom. Di dalam Baitul Hikmah terdapat berbagai macam labortorium, perpustakaan canggih, dan lembaga penelitian mumpuni.Â
Mereka juga menggunakan sumber-sumber kuno dari peninggalan Yunani sebelumnya sebagai salah satu acuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang terus berjalan seiring berjalannya waktu.
Dari tangan pemimpin-pemimpin inilah, Alhazen bereksperimen tentang cahaya dan visi yang meletakkan dasar tentang optik modern. Alhazen setara dengan Newton, Archimedes, Kepler (matematikawan terkenal) pada masanya.
Matematikawan, Astronom dan ahli geografi, Al Biruni menulis 146 karya dengan 13.000 halaman tentang sosiologi dan geografi di India. Ibnu Sina, seorang dokter dan filsuf yang menyusun satu juta kata ensiklopedi kedokteran, Canons of Medicine. Buku tersebut dipakai di Barat sebagai buku wajib sampai abad 17. Pun masih menjadi penganggan sampai kini.
Dari semua ulama cendekiawan yang ada, tak ada satupun yang berjenis kelamin perempuan. Kenapa ini bisa terjadi?
Pertama, budaya patriarki yang diwariskan sejak masa Dinasti Ummayah. Budaya patriarki yang menganggap derajat perempuan berada jauh di bawah kaum lelaki ini semakin memuncak ketika dunia Islam kehilangan sosok teladan Nabi Muhammad.
Padahal Aisyah, istri Nabi Muhammad termasuk cendekiawan dan politikus wanita dalam sejarah peradaban Islam. Bahkan Aisyah memimpin Perang Unta dalam aksi menuntut keadilan kepada Khalifah Ali bin Abi Thalib atas terbunuhnya Khalifah sebelumnya, Utsman bin Affan di Basra.