Mohon tunggu...
Musa Hasyim
Musa Hasyim Mohon Tunggu... Penulis - M Musa Hasyim

Dosen Hubungan Internasional Universitas Jenderal Soedirman

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Publik Kena "Prank" Berjemaah, Kim Jong Un Tampak Sumringah di Depan Media

2 Mei 2020   10:51 Diperbarui: 2 Mei 2020   11:13 704
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbeda dengan Arab Saudi, rasa penasaran akan Korut selalu digembor-gemborkan melalui berbagai film Drama Korea Selatan yang selalu menunjukkan sisi lain dari Korut. Pun banyak buku dan media menceritakan beberapa warga Korut yang berhasil kabur ke Korsel, lantas menceritakan betapa kelamnya tinggal di negara totaliter penuh.

Saya sendiri pernah membaca salah satu buku tersebut, sebuah buku yang berjudul Jia, Sebuah Kisah dari Korea Utara yang kurang lebih menceritakan tentang pelarian Korut.

Saya sendiri juga pernah melihat sebuah dokumenter bahwa di perpustakaan beberapa kampus di Korut tidak memiliki sumber buku bacaan selain yang berbahasa Korut. Beberapa jurnal dan buku kuliah sudah disediakan oleh negara serta tidak sembarangan orang bisa mengakses sumber dari luar negaranya apalagi jika berhubungan dengan sosial, politik atau sejarah.

Tak hanya menyasar di kampus-kampus, semua aturan ketat hampir menyeluruh ke seluruh penjuru negeri karena internet yang dibatasi dan diawasi, tidak ada media sosial, dan berbagai aturan ketat lainnya yang sulit ditemukan di negara lain.

Padahal sekarang adalah era 4.0 di mana akses informasi akan semakin cepat dan mudah diterima publik. China, teman dekat Korut, yang meskipun tidak menerima media sosial asal AS dan sedikit tertutup saja tidak seketat Korut dalam mengawasi warganya.

Lebih seramnya pula, Korut kerap kali mengeksekusi pihak yang dinilai berseberangan dengan paham Korut. Saya pun belum pernah mendengar apakah di Korut ada gereja, masjid atau kuill? Mungkin tempat ibadah hanya tersedia di kantor kedutaan besar negara di Korut sebagaimana yang sering saya dengar.

Sementara di China, saya sering melihat di Youtube ada beberapa masjid yang eksis di sana. Pun dengan gereja yang tersebar di mana-mana. Meskipun berteman dan menganut sistem yang tak jauh berbeda, keduanya serupa tapi tidak sama.

Sebagai negara yang menjalin hubungan baik dengan Korut sejak Soekarno, kita tidak bisa protes begitu saja dan mencampuri urusan dalam negeri Korut. Biarlah Korut seperti itu, asalkan tidak mengganggu ketenangan dunia dengan menembakkan rudal atau nuklirnya ke negara tetangga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun