Mohon tunggu...
Musa Hasyim
Musa Hasyim Mohon Tunggu... Penulis - M Musa Hasyim

Alumni Hubungan Internasional yang suka baca novel kritik sosial dan buku pengembangan diri. Sering menyukai sesuatu secara random.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Ketika Olahraga dan Banyak Aktivitas Malah Membunuh Kita

22 Februari 2020   19:49 Diperbarui: 22 Februari 2020   20:30 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Kabar duka kematian Ashraf Sinclair masih menyelimuti jagat maya. Apalagi kematiannya yang sangat mendadak. Bagaimana tidak, beberapa jam sebelum meninggal AS tidak memiliki tanda-tanda memilki sebuah penyakit. Ia terlihat sehat-sehat saja, seperti yang sudah dituturkan oleh BCL maupun sahabat dekatnya atau pelatih olahraga corssfitnya.

Bagi masyarakat awam seperti saya, tentu sangat merasa heran dan cemas. Kok bisa, olahraga itu bukannya menyehatkan karena banyak gerak atau olah fisik malah memicu penyakit jantung secara mendadak. Apa ada yang salah dengan olahraga?

Sebenarnya bukan olahraganya yang salah tapi cara dan waktu orang tersebut berolahraga atau ada faktor konsumsi yang salah. Banyak di antara kita mungkin capek kerja pagi sampai malam, sabtu minggu adalah waktu yang cocok buat olahraga. Tapi ada juga tipe orang yang tiap pagi olahraga dulu sebelum berangkat kerja atau kuliah yang padat namun ia merasa baik-baik saja tuh. Tapi kalau sudah kejadian seperti ini, harusnya ini menjadi pelajaran bersama. Apalagi bukan cuman Ashraf saja korban serangan jantung dadakan.

Baru-baru ini (22/02) seorang pemuda ditemukan tewas di dalam mobilnya di Surabaya. Pemuda tersebut disebut oleh dokter terkena serangan jantung dadakan. Menurut penuturan keluarga korban, ia pamit untuk berolahraga bermain bulu tangkis. Sebelumnya juga tidak ada tanda-tanda penyakit dari si korban sama seperti kasus AS.

Ini merupakan sinyal kuat bahwa jantung adalah penyakit misterius yang selalu datang tanpa permisi. Kejadian ini bukanlah yang kedua kali, ada beberapa kasus orang meninggal karena penyakit jantung dadakan dan banyak pula yang terkena serangan jantung sehabis olahraga atau melakukan aktivitas fisik yang melelahkan.

Bibi saya sendiri adalah korban serangan jantung dadakan. Beliau meninggal karena aktivitasnya sangat padat sebagai pengrajin dan produsen tempe. Harusnya bibi saya sehat, karena dia selalu bergerak setiap hari untuk pergi dan pulang ke pasar, sayangnya tidak dibarengi istirahat cukup. Namun apa dikata, maut ada di tangan Yang Kuasa.

Aktivitas yang padat membuat kerja detak jantung kita juga meningkat. Saya sendiri sering mengalaminya. Ketika saya cukup lelah dengan aktivitas gerak saya, jantung saya merasa berdebar sangat kencang. Saya selalu mengatasinya dengan istirahat cukup. Setelah istirahat cukup, debar jantung saya kembali seperti biasa.

Yang namanya serangan jantung dadakan maka penanganannya pun sebaliknya, tidak boleh dadakan. Ia bisa datang kapan dan di mana saja. Saya sering melihat kejadian ini. Di sebuah halte tiba-tiba seseorang jatuh lalu meninggal. Khotib Jumat yang meninggal di atas mimbar. Yah, namanya juga dadakan meskipun di penderita mengaku sehat-sehat saja sebelumnya.

Cara mengatasinya adalah dengan rutin medical check up. Memang sih, medical check up ini tidak murah apalagi jika medical check up lengkap, bisa habis jutaan sekali check up. Harusnya dengan banyak kejadian seperti ini, medical check up seperti EKG atau rekam jantung ini difasilitasi perusahaan atau tempat industri berat. Pemerintah pun harusnya punya andil besar.

Para pekerja yang bekerja terlalu berat ditambah aktivitas luar yang juga padat menjadi resiko tinggi serangan jantung dadakan. Sayangnya, fasilitas EKG ini sulit dijumpai di Puskesmas daerah. Mereka harus lari ke rumah sakit daerah atau swasta. Biayanya juga tidak murah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun