Banyak bapak-bapak turun sebentar dari kereta untuk sekedar merokok dan menghirup udara segar di luar gerbong kereta ekonomi yang lumayan sumpek. Saya pun ikut keluar karena agak pegal juga duduk berjam-jam.Â
Karena saya tidak merokok, saya menghindar dari bapak-bapak itu. Saya terpisah cukup jauh dari orang-orang yang turun. Di lokasi itulah kejadian horor terjadi.
Saya kaget begitu mendengar suara tangisan bayi yang terdengar nyaring. Suara tangisan itu saya pikir berasal dari bayi di dalam kereta namun spekulasi tersebut ternyata salah.Â
Suara itu datang dari arah gedung tua. Bulu kudukku berdiri. Saya buru-buru beranjak dari lokasi dan memilih kembali ke dalam gerbong kereta. Apalagi kereta juga tidak berhenti terlalu lama di Stasiun Purwakarta.
Ketika saya kembali ke tempat duduk di samping jendela, saya melihat sosok berbaju putih dengan rambut panjang terurai, terpampang jelas dari arah gedung tua.Â
Sosok itu tidak seperti kuntilanak pada umumnya karena baju yang dikenakan mirip sekali dengan noni Belanda yang lumayan berkelas. Perawakannya pun beda sekali dengan ras Asia. Sosok hantu itu tersenyum lebar.
Saya langsung mengalihkan pandangan ke arah depan saya karena ketakutan. Begitu kereta yang saya naiki jalan, saya mencoba menengok gedung tua itu kembali, lalu sosok berbaju putih itu menghilang. Saya menghela napas lega sangat panjang.
Waktu itu saya tidak berani mengambil foto karena siapa juga yang mau mengambil foto hantu. Saya hanya menyimpan kisah tersebut dan mengambil hikmahnya saja.Â
Intinya jangan melamun dan menyendiri ketika sedang naik kereta. Apalagi jika kereta berhenti sejenak di stasiun angker macam Stasiun Purwakarta dan di malam hari pula.
Setelah kejadian itu, saya jadi sering mengobrol dengan penumpang lain. Cara ini bisa mengalihkan rasa takut kita. Pun ketika turun sejenak dari gerbong kereta, saya tidak berani menyendiri dan jauh dari gerombolan penumpang lainnya.Â