Munculnya Kerajaan Agung Sejagat atau disingkat KAS menjadi buah bibir masyarakat akhir-akhir ini. Kerajaan palsu yang mengatasnamakan Majapahit ini pun sudah memiliki ratusan anggota. Mereka rata-rata berasal dari luar daerah Purworejo. Mereka bukan malah merantau ke kota, malah merantau ke desa yang cukup jauh dari kota.
Sihir macam apa yang digunakan Totok Santoso hingga anggotanya rela membayar uang dari tiga juta sampai ratusan juta rupiah hanya untuk dianggap sebagai punggawa kerajaan. Mereka yang rela menyisihkan uang ini tak sedikitpun menaruh rasa curiga pada raja dan ratu mereka. Apa iya mereka tidak mempunyai ponsel pintar untuk mencari informasi seputar kerajaan yang mereka ikuti?
Saya kira mereka mempunyai ponsel pintar, sayangnya tidak digunakan dengan bijak. Harusnya mereka bisa langsung tahu kalau KAS hanya kerajaan fiktif belaka yang dikarang sendiri. Banyak situs untuk mencari tahu kerajaan mana saja di Indonesia yang diakui oleh pemerintah Indonesia maupun dunia. Mereka juga bisa mencari tahu lewat museum-museum bilamana tidak memiliki gawai yang mumpuni. Lalu kenapa mereka tetap bersikukuh kalau KAS itu memang nyata?
Jika melihat tampang Totok Santoso dan Fanni Aminadia yang menjual, sepertinya akan sulit melepaskan fakta yang sebenarnya sudah tercium oleh pengikutnya. Tampang rupawan bisa menyihir siapa saja untuk sekedar menjadi pengagum setia meski hatinya tidak seindah wajahnya. Lihat saja Lucinta Luna, sudah jelas-jelas dia lelaki tulen, ada saja yang masih demen untuk sekedar mengikutinya di media sosial miliknya.
Pun sama dengan Totok Santoso dan Fanni Aminadia. Keduanya memiliki wajah yang sekelas lebih tinggi dari masyarakat pada umumnya. Apalagi Fanni Aminadia yang terlihat cantik dan Totok Santoso yang terlihat gagah. Fanni yang memiliki salon kecantikan pasti selalu rutin merawat tubuhnya agar tetap ideal. Sementara Totok yang rajin menipu korbannya bisa sekali dua kali ke gym untuk membentuk tubuh idaman.
Tak berhenti sampai tampang rupawan, keduanya juga pandai bersilat lidah. Keduanya memiliki gaya komunikasi yang bisa menghipnotis warga untuk mengikutinya. Bagaimana tidak, di saat dunia sedang berkecamuk konflik sana-sini dan kejahatan merajalela, pun kemiskinan masih meronta-ronta, Totok dengan mudahnya memberikan sebuah solusi dan janji.
Totok menganggap bahwa dunia ini seharusnya damai kalau ada sebuah kerajaan seperti kerajaan miliknya. Tak tanggung-tanggung, Totok atau pengikutnya yang pandai desain memanipulasi data milik Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Dengan sekedar melihat data palsu di atas secarik kertas tersebut, warga langsung mepercayainya begitu saja.
Totok menjanjikan berbagai kemudahan jika mereka mau bergabung ke dalam kerajaannya. Di saat ekonomi seret, ia mengaku sebagai penyelamat. Di saat PHK menggurita, Totok membuka lapangan pekerjaan. Apalagi mereka memiliki seragam khusus layaknya pegawai kerajaan sungguhan, bisa buat pamer di media sosial.
Totok yang pandai ngomong ngalor-ngidul tentang uang yang ia miliki di Swiss dan negara-negara lain, akhirnya membuat warga percaya bahwa uang pendaftaran sebesar tiga juta tidak jadi masalah asalkan bisa bertambah berkali-kali lipat berbentuk dolar, macam investasi saja.
Modal paras dan pandai berkomunikasi dengan baik dimiliki oleh Totok ini adalah senjata ampuh untuk menggaet pelanggan. Totok pun tak perlu berteriak sebagai sales penjualan motor dan berpanas-panasan di aspal, ia cukup duduk di singgasana kebesarannya. Fanni pun sama, ia tak perlu capai pergi ke studio foto untuk pemotretan sebagai model, ia cukup duduk manis di samping suaminya sambil memakai baju ratu kebanggaannya. Sesekali kirab keliling desa dan pamer kekuasaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H