Di deretan kursi-kursi besi itu mereka menundukkan kepala ke bawah
Aku melihat kebinasaan parah
Suara-suara obrolan yang musnah
Di ruang tunggu dokter kala itu mereka masih setia dengan benda persegi panjang yang menyala
Aku melihat kebinasaan membara
Bercerita tentang mahalnya biaya berobat sudah hilang ditelan radar tak kasat mata
Di dalam ular besi yang berdecit keras itu mereka saling acuh dengan memasang earphone di kedua telinga
Sementara nenek tua dan ibu dengan anaknya sudah memberi sinyal ingin duduk di tempat yang menjadi haknya
Di dalam ular besi bawah tanah itu mereka juga sama
Saling senggol tak mau kalah
Baginya siapa cepat dia dapat
Sementara mereka yang ingin turun terpaksa terus melaju ke pemberhentian berikutnya
Aku sungguh melihat kebinasaan
Binasa sebuah rasa empati
Binasa akan citra peduli
Binasa terhadap tatapan mata sampai ke hati
Binasa saling sapa dan berbagi cerita
Pun binasa karena ingin menang sendiri
Aku pun demikian binasanya
Aku berselancar di dunia maya sambil mendengarkan musik barat
Sementara seorang wanita paruh baya terjatuh, semua barang belanjanya tercecer di tanah, tak ada satupun yang peduli
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H