Ketika air hujan turun deras menyembunyikan air matamu
Kamu tidak ingin orang lain melihatmu sedang bersedih menangis
Kamu adalah permata dunia, juga manusia pertama yang dilihat orang-orang begitu lahir ke dunia
Kamu tidak pernah mengeluh lelah telah merawat manusia yang mereka sebut bayi
Kamu juga tidak pernah rela anakmu dihina tetangga
Karena kamu adalah ibu yang ahli menyembunyikan air mata
Ketika berenang di kolam bening kamu menangis
Tidak ada satupun yang tahu kamu bersedih
Kamu adalah batu indah yang tangguh
Kamu rela pergi pagi pulang malam
Kamu rela tidak makan demi manusia lain yang mereka panggil anak-anak
Kamu juga ikhlas tidak berpergian sewaktu libur tahun baru demi membelikan sepeda baru kepada anak-anak
Dasi di kemejamu sudah keriput begitu pula dengan wajahmu
Karena kamu adalah ayah yang ahli menyembunyikan air mata
Ketika air turun deras dari air terjun
Kamu menangis bersamanya tidak ingin orang lain tahu kamu bersedih
Kamu adalah mawar tanpa duri yang mengharumkan hidup orang-orang
Kamu rela pergi mengarungi hidup yang begitu terjal bersamanya
Celemek di bajumu dikotori debu usang dapur tapi kamu tidak pernah ada niatan kabur
Karena kamu adalah istri yang ahli menyembunyikan air mata
Ketika kamu berendam di dalam bathup
Kamu menangis tak ingin ada yg mengendus kalau kamu sedang bersedih halus
Kamu rela tanpa tidur demi kosmetik di wajahnya
Bahan-bahan di dapur dijaga supaya mengepul manja
Keringat membasahi kemejamu yang lusuh setiap waktu
Karena kamu adalah suami yang ahli menyembunyikan air mata
Di tanah Aborigin sana
Kamu tidak mampu lagi menangis
Api yang menyala sangat tragis
Sudah habis tak tersisa di matamu
Kamu rela menjaga alam indah pada kodratnya
Kamu tak berkata apa-apa ketika manusia menjarah habitatmu
Padang sabana membentang luas telah kamu jaga
Kulitmu sudah tidak berbaju
Mamalia lain menunggu kabar sang anak
Kamu tetap tegar
Karena kamu adalah sekumpulan hewan yang ahli menyembunyikan air mata