"Permisi, bolehkah aku duduk di sampingmu ?"
Seorang perempuan berjilbab tak kukenal bertanya padaku.
"Oh, silakan,"Â jawabku seadanya.
Aku memberinya tempat duduk di sampingku. Perempuan berjilbab itu meletakkan tasnya di bagasi kereta kemudian duduk di sampingku.
Ia memberikan padaku sebuah senyum paling manisnya. Sepertinya ia bukan seorang perempuan pemalu.
Aku membalas senyumnya lalu kembali mengalihkan pandanganku ke handphoneku. Aku mengirimkan pesan whatsapp kepada adikku di Jakarta -- memberitahunya untuk menjemputku di Stasiun Pasar Senen sore nanti pukul 17.00 WIB.
Aku kemudian menyenderkan kepalaku, memejamkan mataku tetapi bukan hendak tidur. Aku tak mempedulikan perempuan berjilbab di sampingku yang matanya masih tertuju pada gadgetnya.Â
Tangannya terlihat sedang mengetik -- mungkin saja ia juga mengirimkan pesan kepada kerabatnya atau mungkin saja ia menuliskan sebuah kenangan pada handphonenya bahwa pagi ini, di dalam sebuah kereta pagi yang akan berangkat menuju Jakarta ia duduk berdampingan dengan seorang pria hitam manis, pikirku dengan percaya diri.
"Aku Nissa. Nissa Efendi."
Aku kaget mendengar ada suara yang mencoba memperkenalkan dirinya. Aku menyibakkan jaket yang aku gunakan untuk menutup wajahku lalu dengan segera membuka mataku.Â
Perempuan berjilbab di sampingku dengan segera menatap ke arahku -- ia tahu bahwa aku tidak tidur.Â
Aku akhirnya menyadari bahwa dia memperkenalkan dirinya padaku ketika untuk kedua kalinya aku melihatnya tersenyum padaku. Senyumnya sungguh manis. Manis sekali.
Â
"Oh,,, hai."