Mohon tunggu...
Penaku
Penaku Mohon Tunggu... Mahasiswa - Anak-anak Pelosok Negeri

Menulis adalah Bekerja untuk keabadian. Awas namamu akan abadi dalam tulisannya

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Air Mata Penghujung

30 April 2024   20:41 Diperbarui: 30 April 2024   20:44 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malam itu hujan kembali menggauli
memeluk diri pada sunyi yang berbunyi
iring-iringan rintik mencipta peri
lalu ia terus saja jatuh menindih

April terus saja meradang
berkawan dengan para penyair yang malang
hujan menjadi liar tak berperasaan
hingga jutaan puisi lahir berkat alotnya kenestapaan

Ditengah derasnya arus kegelisahan itu
Langit sana kelihatan musam
Makanya ia terus terang untuk berjatuhan
Kemudian dari ketinggian sana ia berujar
"Aku mengerti apa yang engkau rasakan,
tetapi, Keniscayaan berikutnya akan segera datang"

Musafar ukba, 30/04

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun