Mohon tunggu...
Penaku
Penaku Mohon Tunggu... Mahasiswa - Anak-anak Pelosok Negeri

Menulis adalah Bekerja untuk keabadian. Awas namamu akan abadi dalam tulisannya

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Peluh, Air Mata, Nyawa

10 November 2022   12:05 Diperbarui: 10 November 2022   12:18 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

November bersejarah
Mengenang memori lama
saat pemuda-pemuda penuh cinta
Menggelora diantara bumantara

Suara melantang riang di udara
Satu ujar, merasuk dalam jiwa
Menyala memerah tak lagi fana
peluh itu bercucuran, tak mengapa
tuk Panji kebebabasan Indonesia
Nyawa tinggal nyawa,,

Saat dentuman keras menyambar
Darah memercik muka kotor
air mata bukan lagi air mata
Semut-semut kecil menggigit
membius menyuntik nyeri
Tak biasa sakitnya!

Air mata jatuh
Bersimbah dengan peluh
jika dengan tenaga tak bisa apa-apa
Mungkin dengan jiwa raga
Arek-arek itu bergegas melangkah
Bersatu padu
Peluh, air mata, nyawa,,,,utuh

10 November memberi kabar
Ada manusia-manusia tak gentar
Memberi perlawanan, mengusir
Mempertahankan teritori
Bentengnya kuat melebihi baja
Peluru-peluru menjadi santapan dada

Indonesia merdeka, sekali merdeka, tetap merdeka, kendati nyawa sekalipun untuk mempertahankannya,

10/10,,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun