Mohon tunggu...
Penaku
Penaku Mohon Tunggu... Mahasiswa - Anak-anak Pelosok Negeri

Menulis adalah Bekerja untuk keabadian. Awas namamu akan abadi dalam tulisannya

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Isak

28 Oktober 2022   16:20 Diperbarui: 28 Oktober 2022   16:28 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gemuruh pada langit
meluruh membumi
petir memekik 
hujan menukik 

Suara dentuman masih tersisa
isak tak kuasa menampik dera 
menyambar menghentakkan raga
Melepas segenap amarah

Titik titik hujan menghujam bumantara
Tumpah ruah meneguk dahaga 
derap langkah kaki menuntun mata 
sampai berkaca-kaca
lagi-lagi tak kuasa menahan lara 

Hingga derap langkah kaki itu
Kokoh berdiri seperti batu 
ditengah hantaman berkali-kali
Ia bangkit bertubi-tubi

Hari yang sakral 
semesta tak kuasa pula 
Dengan ini aku merdeka 
dari perjuangan, pengorbanan
Ikrar telah terucap
isak telah bersatu padu
menangis untuk negeriku

Musafar Ukba,,28 Oktober 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun