Mohon tunggu...
Penaku
Penaku Mohon Tunggu... Mahasiswa - Anak-anak Pelosok Negeri

Menulis adalah Bekerja untuk keabadian. Awas namamu akan abadi dalam tulisannya

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bola Mati

2 Oktober 2022   21:38 Diperbarui: 2 Oktober 2022   21:50 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oktober memberi kabar
Ihwal bola menggelinding
ihwal jaring yang bersaksi
bola menggetar
dentuman menyasar

lapangan hijau menjadi kelabu
saat bola mati berhenti
saat kawan dan lawan berjabat tangan
riuh suara menggema
fanatisme mengentak raga
jiwa-jiwa itu musnah
merenggut nyawa

Yel-yel kekalahan
berubah menjadi jargon kematian
saat asap mengudara dari berbagai arah
semua bisa apa
sekedar singgah pun menjadi kena
tak tahu apa-apa
tiba-tiba harus rela

Air mata tumpah
meresapi gas air mata
aparat pelindung begitu sumringah
berlari seperti anak kecil
memukul kambing-kambing yang hendak masuk ke ladang
tumbang, dipukul mundur
mati tak berdaya

Oktober hari pertama begitu istimewa
menciptakan duka dan air mata
dunia merana
kepada siap lagi hendak mencari perlindungan ?
Selain kepada Tuhan, bukan kepada keparat 

Safar, 2/10

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun