Deras air bah jatuh melepas rindu
Pepohonan hijau menerima air mataÂ
sendu
irama syahdu rintikan hujan beraduÂ
Membasuh bumi yang dahaga karena waktu
Di suatu tempat paling pelosokÂ
Hujan menjadi seperti sosokÂ
Tiba-tiba bibir yang manis menyosokÂ
ada yang menerima dengan rela
Ada juga yang tega dengan banyak cela
Hujan menyisakan rinai di bulan MeiÂ
bulan panca dan waktuku dilahirkan dengan kebahagiaanÂ
tapi sayang sekali, apa yang sangat dibanggakan tidak juga bagi mereka yang bumerang
sosok hujan di bulan Mei
Tak hentiÂ
Bercokol binar mata yang berkaca-kaca
iya,,, waktu akan terus berputar seperti roda kata kebanyakan
Begitupun Hujan kan terus menyapa bumi
semua sudah tahu hukum alam akan berlaku
Tak menentu hujan kan berlaluÂ
tak mengapa, selama daksa masih bisa menghirup udara cuma-cuma
lisan harus terus menyebut dengan khusyuk
Kendatipun mendung di mata perlahan jatuh meluruh
Entah air mata suka
entah air mata lara
tapi harap keyakinan kita sama
Hujan di bulan Mei semoga memberi bahagiaÂ
Mu,,,,,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H