Detik ini tak biasanya ku menepi
dermaga malam menjadi tumpuan tuk beranjak pergi
Aku dengan setumpuk keyakinan meninggalkan hiruk-pikuk urban yang sumpek ini
Malam diatas sampan seadanya
aku berlayar membelah samuderaÂ
Kubiarkan udara dingin membelai tubuhku yang ringkihÂ
tak masalah, sepanjang lisanku masih lincah berucap khidmatÂ
maka biarlah kegigilan ini menyayat hati
Diatas langit yang bertabur bintang
Kelap-kelip cahaya menghiasi angkasa rayaÂ
jagad malam ku lukiskan melalui untaian kata, sebuah puisi yang tak seberapa
tapi sudah cukup untuk mewakili jiwa yang nestapa
Ouhh bintang yang bercokol indah di singgasana
sembuhkan diri ini yang sedang semrawut
ku tinggalkan kebiasaan lama yang terlalu membuat lenaÂ
melalui warna kelap-kelipmu itu menjadi penyejuk daksa
Gulita menjadi saksi
Bahwa gemintang tak lari ataupun pergi
hanya sirkulasi alam membiarkan Raja siang menerangi semua kelam
karena malam yang bertabur bintang adalah sahabat sejati untuk diri ku yang sedang sanksiÂ
Terimakasih Tuhan, engkau sungguh adalah zat pencipta segala KeindahanÂ
Safar, 30/4
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H