Megah metropolitan dengan segala pernak-perniknya
hamparan gedung pencakar langit
dengan kontur aneka tajuk
hiruk pikuk tak pernah henti siang-malam
Warna-warni kota menerangi gulita
perputaran kehidupan silih berganti
suara bising sudah menjadi konsumsi sehari-hari
udara menjerit, air mengkerut, tanah pijak jadi pegal dihuni jutaan jiwa
urbanisasi tak pernah jeda
pamor metropolitan masih menjadi labuan
pelarian nasib meninggalkan kampung halaman, ironinya justru linglung hendak ke mana tuk berjalan
Gaya hidup setinggi langit
sementara pinggiran berusaha mengais pundi-pundi di tempat lalat berkerumun mencari makan
tikus-tikus mengotori jalanan bersih
berlindung di bawah kecekatan langkah tapi satu persatu tertangkap jua
warna-warni kota tak selalu indah
tempat tersembunyi selalu menjadi tempat tidur yang sedikit nyaman meskipun dengan terjaga
harap para anjing itu tak mencium jejak mereka, sebelum kembali diobrak-abrik
metropolitan adalah tempat segala rupa
tatanan prasarana kota selalu menjadi prioritas tapi banyak tak tuntas
sementara sosial ke bawah tak muluk-muluk, mereka cuman ingin tidur dengan nyaman dengan perut kenyang
Musafar Ukba, 1 Februari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H