Mohon tunggu...
Penaku
Penaku Mohon Tunggu... Mahasiswa - Anak-anak Pelosok Negeri

Menulis adalah Bekerja untuk keabadian. Awas namamu akan abadi dalam tulisannya

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Senja Itu

21 Januari 2022   14:50 Diperbarui: 21 Januari 2022   15:29 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi by Muhammad Ulul Aidi

Ilalang petang menyambut senja
Semburat jingga memantulkan cahaya
tenggelam dalam balutan semesta
Begitu indah sebelum tertanam oleh malam yang tiba

Ada saja sejoli yang bercumbu rayu
Menjadikan senja sebagai titisan rindu
atau sebagai objek kenikmatan mata
sampai latar belakang ungkapan cinta

Ilalang bukan satu-satunya tumbuh menunggu
Tapi aneka rupa tersulut untuk meramu
kehangatan akan selalu dipancarkan sehangat hubungan kekeluargaan atau kasmaran

Senja itu selalu menjadi syair pujangga
dengan beragam hikmah dan rasa
merindukan senja adalah niscaya bagi insan yang dilanda nelangsa

Engkau wahai senja tidak abadi
Keindahan mu hanya sejenak saban hari
Meski terkadang menjadi obat hati
bagi diri yang nestapa dan sangsi

Senja itu rela terbenam
sebelum merengkuh bumi dengan kehangatan
esok akan kembali hadir, entah kepada orang yang sama atau kepada perasaan yang baru 

Musafar Ukba, 21 Januari

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun