Ilalang petang menyambut senja
Semburat jingga memantulkan cahaya
tenggelam dalam balutan semesta
Begitu indah sebelum tertanam oleh malam yang tiba
Ada saja sejoli yang bercumbu rayu
Menjadikan senja sebagai titisan rindu
atau sebagai objek kenikmatan mata
sampai latar belakang ungkapan cinta
Ilalang bukan satu-satunya tumbuh menunggu
Tapi aneka rupa tersulut untuk meramu
kehangatan akan selalu dipancarkan sehangat hubungan kekeluargaan atau kasmaran
Senja itu selalu menjadi syair pujangga
dengan beragam hikmah dan rasa
merindukan senja adalah niscaya bagi insan yang dilanda nelangsa
Engkau wahai senja tidak abadi
Keindahan mu hanya sejenak saban hari
Meski terkadang menjadi obat hati
bagi diri yang nestapa dan sangsi
Senja itu rela terbenam
sebelum merengkuh bumi dengan kehangatan
esok akan kembali hadir, entah kepada orang yang sama atau kepada perasaan yang baruÂ
Musafar Ukba, 21 Januari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H