Mohon tunggu...
Penaku
Penaku Mohon Tunggu... Mahasiswa - Anak-anak Pelosok Negeri

Menulis adalah Bekerja untuk keabadian. Awas namamu akan abadi dalam tulisannya

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Bulan dan Awan Pekat

17 Desember 2021   20:41 Diperbarui: 17 Desember 2021   20:43 814
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bulan bercokol di singgasananya
Cerah memberikan ketenangan
Malam yang penuh dengan penat
Oleh jiwa-jiwa yang risau akan kondisi yang tak bersahabat

Bulan seakan berjalan dengan cepat
Berlari mengejar diri dari ketakutan sesaat
Namun hanyalah awan hitam pekat
Yang berucap dengan permisi
"Aku mau lewat"

Labirin awan yang semula hanya sekat
Masih ada kesempatan menusuk dengan mata, kini harus tertutup rapat diselimuti awan hitam pekat
Kendati demikian pancarannya masih nampak disudut-sudut cakrawala

Tawa pasrah menyuarakan cukup sudah
Merebahkan raga di tanah hitam
Sembari memandangi dengan teliti sedalam-dalamnya betapa masih jauh
awan pekat sana akan berlalu

Dengan keyakinan yang pasti
Sebanyak apapun pekatnya awan yang berjalan
Semua pasti akan berlalu dengan perlahan dan dengan kesabaran
Bulan akan kembali menerangi dengan cerah memperlihatkan kembali bintang-bintang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun