Mohon tunggu...
Penaku
Penaku Mohon Tunggu... Mahasiswa - Anak-anak Pelosok Negeri

Menulis adalah Bekerja untuk keabadian. Awas namamu akan abadi dalam tulisannya

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Di Bawah Bohlam Hias

14 Desember 2021   22:32 Diperbarui: 14 Desember 2021   22:43 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di pelataran diatas kerikil berserakan
tumpukan batu-batu kecil menenteng kaki meja berderet
tanpa ada rembulan dan bintang
hanya ada lentera hias bohlam menyinari malam

"Aku bukan jodohnya" lirik syahdu disenandungkan dalam teduh 
di sebuah balai terdengar cukup menyayat
bait-bait berirama sendu di telinganya 
sementara dua gelas kopi hitam diseruput dengan sigap

Bohlam hias bergantungan bersilangan
semburat kuning dari cahayanya 
setia menerangi kegelisahan daksa 
dalam tiap tarikan diafragma
sesal keluar dengan tak tega dihembuskannya

Penyanyi sialan itu semakin menggalaukan suasana, suaranya semakin menyesakkan dada saja

Tidak ada irama keras, yang ada hanya kelembutan yang menyiratkan dusta

Berulang kali kepala menengadah 
Menatap cahaya bohlam kuning 
Merasa tak ada yang berubah malam ini 
Yang setia hanya lampu yang tak henti berkedip, sampai sinar Mega mengalahkannya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun