Sore menyapa dengan menyentak
jiwa-jiwa teduh dibawah atap membelalak
terdengar suara gemuruh menggelegar
semakin terdengar dibawah daun telinga yang sigap
Netra itu menangkap kepulan awan pekat
meluap-luap seperti mendidihkan panas
keluar melalui corong dipuncak sana
memuntahkan cairan panas dan menyembur batu-batu berjatuhan
Perempuan paruh baya dengan cucunya yang setia merasa ini adalah akhir dari segalanya
Inikah Gemuruh Kiamat?
Oh, dimanakah kini harus bernaung
dengan langkah kaki yang dipacu tuk berlari, cemas dan was-was mulai menyusupi dua insan dengan sangkaan takkan hidup lagi
Gemuruh itu semakin menyambar menggelegar bersama kilat dan halilintar
dengan segala sisa tenaga yang ada
kaki semakin kencang berlari
menghindari diri dari gelombang awan pekat yang panas
Rumah-rumah kini hancur lebur
Sang Mahameru kembali tidak berdamai
Dibawah kakinya tak ada lagi kesempatan untuk hidup
tak ada pilihan kecuali berlari secepat mungkin,menghindarkan diri dari kejaran gelombang yang panas ini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H