Lingkaran lagi di malam pekat  bersama sejawat, bersuka ria mumpung kembali bersua dikesempatan yang ada.Â
Engkau yang rela mandikan embun demi dengar cerita dulu saat gaway belum merajalela,kita yang pergi sekolah tak lengkap rasanya tak bawa kelereng,gelang,wayang, bahkan rotan pun dipukul rataÂ
Setiap gelagat cerita membawa ceria, masa kanak yang bahagia belum mengenal cinta tapi merasa jemawa saat berkata dulu saya yang paling brutal dalam permainan itu.Â
Pagi rapi telah mandi pegang roti ingus pun jadi. Rambut tertata rapi senyum asri di pagi hari kaos kaki setinggi lutut yang penting berjalan sambil mengunyah rotiÂ
Kita yang terbahak sesekali terhenti merasa canggung dengan gelagat dulu saat ibu siang guru teriak dibalik pintu "heyy kalian para bocah, mau sekolah atau main bola!! seketika kocar kacir terbirit-biritÂ
Kita yang kembali tertawa renyah saat bernostalgia berkumpul lagi didesa ini yang katamu malam hari kaya kuburan sajaÂ
Kita yang saat ini dalam halaqah pun rasanya hambar tanpa seruput kopi malam yang semakin tak urung semangat dari tadi semakin menjadi-jadi saat liur keluar kecipratan sangking semangatnya bacot-bacotan ala anak te kaÂ
Itulah masa paling indah kurasa saat gaway belum mendera, beban hidup tiada dan belum mengenal cinta. Kendati berlarut dalam bualan semua meyakinkan malam bahwa kita bernostalgia kecil bahagiaÂ
Salam Anak DesaÂ
Musafar Ukba, 29 Juli