Â
Yogyakarta, kota yang memikat dengan pesona budaya dan keramahannya, telah lama menjadi surga bagi wisatawan domestik maupun mancanegara. Salah satu ikon terkenal dari kota ini adalah Jalan Malioboro, yang selalu ramai dengan pedagang kaki lima, hiruk pikuk pengunjung, dan aroma khas dari makanan jalanan.
Di balik gemerlap Malioboro yang ramai, terdapat trotoar yang dulunya dipenuhi pedagang kaki lima. Kesemrawutan ini mendorong pemerintah Yogyakarta untuk melakukan penataan, melahirkan Teras Malioboro sebagai solusi.
Dibangun di atas lahan yang dulunya merupakan Bioskop Indra dan Dinas Pariwisata DIY, Teras Malioboro hadir sebagai solusi atas kesemrawutan Malioboro, khususnya di area trotoar yang dulunya dipenuhi pedagang kaki lima.
Penataan ulang ini membawa angin segar bagi pedagang dan pengunjung, memberikan pengalaman baru yang lebih teratur dan nyaman. Melalui wawancara eksklusif dengan pedagang dan pengunjung, kita akan mendalami transformasi ini dan dampaknya terhadap semua pihak yang terlibat.
Bagi pedagang Bakpia 088, perpindahan ke Teras Malioboro menghadirkan atmosfer baru. "Pedagang yang berada di sepanjang trotoar dipindahkan ke teras satu, sebagian lagi di teras dua," Ujar pedagang bakpia 088.
Dulu, mereka merasakan kemudahan berjualan di trotoar. Kini, mereka dihadapkan pada tantangan untuk menarik perhatian pembeli di tengah deretan ruko yang tertata rapi. "Kalau di trotoar pembelinya langsung tertuju, beda kalau di Teras Malioboro, pengunjung harus benar-benar masuk ke kawasan Teras Malioboro terlebih dahulu. Harus naik eskalator dulu," tambahnya.
Meskipun demikian, para pedagang bakpia ini tetap memberikan daya tarik tersendiri yang menghadirkan produk bakpia mereka sendiri secara dadakan, "Kami nggak ngambil dari produsen lain, jadi setiap bakpia yang dijual memiliki cita rasa yang khas dan autentik," jelas pemilik Bakpia 088.
Tidak hanya pedagang makanan yang merasakan perubahan, penjual pakaian seperti Penjual Kaos juga memiliki pengalaman serupa. Mereka pindah pada tahun 2022 dan menjual baju dengan harga yang bervariasi, dari 40 ribu hingga 65 ribu rupiah, tergantung jenis kain dan sablon yang digunakan.
"Setiap ruko memiliki produsen yang berbeda-beda, ada yang ngambil dari Bandung, Jatinegara," kata salah satu penjual kaos di Teras Malioboro. Hal ini menciptakan variasi produk yang lebih luas bagi para pembeli.