Sebuah film pendek yang berjudul "KTP" ini merupakan salah satu film yang diproduksi oleh Asa film yang mengambil latar perkampungan atau pedesaan sederhana yang berada ditanah Yogyakarta. Selain latarnya yang mengambil latar di tanah yogya, penggunaan bahasa dalam film ini juga menggunakan bahasa jawa yang dimana itu merupakan salah satu bahasa daerah yang dimiliki ileh bangsa Indonesia.
Mengabil sebuah latar didalam sebuah rumah gubuk tua khas Yogyakarta yang dimiliki oleh seorang lansia yaitu lebih tepatnya seorang kakek yang bernama Mbah Karso. Dalam cerita Mbah Karso ini kedatangan seorang tamu yang merupakan salah seorang pekerja dari kantor kecamana yang bernama Darmro. Kedua tokoh tersebut merupakan tokoh utama yang ada dalam film pendek KTP ini.
Seorang Darmo yang datang kerumah Mbah Karso yang memiliki tujuan untuk membuatkan KTP untuk Mbah Karso karena hal tersebut adalah perintak atau ketetapan dari pemerintah. Karena dalam cerita ini Mbah Karso sudah tua dan pelupa, pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan untuk mengisi data pembuatan KTP ini menjadi sangat terangat ribet. Dari situ cerita pun dimulai.
Film KTP ini memiliki nilai plus yang sangat banyak seperti diantaranya adalah dalam cerita pasti selalu dibalut oleh guyonan-guyonan yang receh sehingga sangat menggelitikk perut para penonton. Hal ini juga membuat penonton tidak mudah bosan karena selalu ingin tertawwa saat menontonnya. Selain hal itu film yang berdurasi kurang lebih 15 menit ini memiliki terjemahan bahasa Indonesia dibawahnya bagi orang-orang yang tidak mengerti bahasa Jawa hal itu sangat membantu untuk dapat memahami dan menikmati isi film KTP ini. Lalu nilai plus selanjutnya adalah walaupun diambil ditempat yang sederhana namun, hal tersebut tidak mengurangi kualitas pengambilan gambar ataupun suara yang dihasilkan.
Tidak banyak hal minus didalam film ini hanya saja ada beberapa penokohan yang menurut saya kurang pas untuk diperankan oleh tokoh tersebut seperti contohnya penokohan sesepuh kampoung. Ia terlihat lebih muda dibandingkan Mbah karso. Menurut saya sesepuh itu orang tua yang mengetahui segala hal tentang suatu tempat. Namun,pada film ini sesepuhnya terlihat masih muda.
Film ini bermakna seperti seolah-olah menggambarkan ketatapan peraturan pemerintah terlihat sangat rumit untuk orang-orang seperti Mbah Karso yang sudah lansia dan tidak ingat apa-apa. Namun hal tersebut sangat penting karena sebagai salah satu syarat untuk pelayanan masyarakat dari pemerintah.
Film ini juga menggambarkan bahwa setiap ada masalah dalam hal mapapun perlu dimusyawarahkan. Sangat terlihat dalam film ini walaupun hanya masalah kecil untuk menyelesaikannya perlu mengumpulkan masyarakat terlebih dahulu hingga akhirnya terbentuklah sebuah keputusan yang disepakati oleh masyarakat yaitu karena Mbah Karso tidak dapat pelayanan pemerintah karena persyaratan dari pemerintah tidak terpenuhi. Masyarakat bersedia untuk merawat Mbah Karso yang sudah lansia dan pelupa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H